bungkusan masa depan buat gita

















Kalau malam tadi kita berpapasan dengan peramal dengan bola kristal tentu akan kita dekati dia. lalu kita hujani dengan berpuluh pertanyaan, membuat dia bosan, pertanyaan semua orang, tentang masa depan.

"aku enggak tahu mau ke mana, mau jadi apa," katamu seraya aku mengamini.

Usia kita memang masih muda, tapi dunia berputar terlalu cepat. Padahal kita sudah menginjak garis start, sudah cukup lama malah. Tapi ternyata di sini anginnya lebih kencang. Sementara kita belum ikat kuat tali pancang.

"sebenernya udah ngerasa on track,, tapi is this my track? masih bingung," katamu seraya aku mengamini.

Awalnya kita percaya diri mengijak dunia kerja. Berasa tahu apa yang mau kita kejar, sejuta rencana. Nyatanya tetap bingung juga, banyak hal tak terduga. Dan kadang, kesibukan meneguk semangat dan mengalpakan kerinduan hati kita. Lalu kini, kita terlontar kembali ke usia belia, di mana kita menanyakan pada diri: "saya mau jadi apa?"

Dan nama kitapun dipanggil,lalu kita duduk di kursi dekat pantry, dekat dua orang sedang pacaran di malam minggu. Lalu kita buka menu, dan memesan dua bungkusan masa depan dengan topping sirup mapple, aku pilih yang delicate, kamu pilih yang crunchy. Lengkap dengan cookie and cream milkshake dan apricot mint tea...

Comments

  1. katanya, katanya loh, di dunia kerja teh tenaga pekerja jadi komoditas. suatu produk yang dibuat sama pekerja itu bersihnya berharga Rp 400 perak, tapi sama si bos dijadiin Rp 1000. Rp 400 masuk ke upah...Ada enam ratus perak lagi yang hilang (katanya).

    ReplyDelete
  2. kata siapa bo? tapi mungkin benar..
    tapi sayahmah belum jadi karyawan (belum dikaryakan) masih jadi tukang tulis,, menjual hasil tulisan dengan harga yang bukan saya yang menentukan, hehe. Makanya juga banyak teman yang bilang kalau mau kaya jangan jadi karyawan, tapi jadi usahawan ;p

    ReplyDelete
  3. hm...pemikiran orang2 seusia kita (hehehhe anggap sajalah kita sama) :D

    Cumaaaa...memikirkan itu terus-terusan kadang membuat otak kita meradang, CieL hehehe. Ada baiknya terus saja jalani. Walaupun nanti ga selamanya apa yang dijalani sesuai dengan kata hati karena ada pertimbangan ini dan itu. Memilih itu walopun menyebalkan, tapi tetap harus dilakukan. Dan parahnya otak sama hati itu suka ga sinkron :D Hm kalo sudah begitu, sebaiknya tetap saja langkahkan kaki, biarkan waktu membawa kita pada satu pilihan dan jalani itu tanpa menyesali, krn (meski klise) percaya bahwa selalu ada yg bisa dipetik dari setiap hal yang dihadapi :D

    ReplyDelete
  4. iyah setuju :) sekarang sih lihat kesempatan ajah,
    ada pintu yang terbuka yah itu dicoba hehe.
    Kalau cocok yah jodoh kalau enggak yah coba lagi..
    tapi enggak sembarang pintu dimasukin juga sih yah ;p
    dan emang iyah, suka takut salah langkah, takut gabisa balik lagi hauhauhau..

    ReplyDelete

Post a Comment