Katanya, otak manusia diciptakan untuk merasa bosan

5 hal yang saya lakukan untuk melawan rasa bosan, tapi gagal.



Sebenarnya saya bosan memikirkan kenapa saya bosan. Tapi tiap kali bosan pasti memikirkan ini, kenapa saya bosan. Membosankan, yah?

Kebosanan ini semakin memuncak di usia kerja. Khususnya ketika sudah di Jakarta. Dulu waktu SMA terkadang bosan, tapi banyak kegiatan yang bisa membuat saya lupa. Kalau di jaman kuliah kayaknya kebanyakan tugas dan kegiatan. Jadi jarang sekali bosan. Pas mulai hijrah ke Jakarta, tinggal sendiri, jam sibuk sama teman-teman beda, apalagi waktu pacar masih jauh. Duh, bosan!

Biasanya kalau lagi bosan, saya mencoba melakukan sesuatu. Kegiatannya macam-macam. Misalnya;

Nongkrong pulang kerja
Awal-awal kerja, saking malesnya balik ke kosan tanpa AC, saya nongkrong sama teman hampir setiap malam. Pulang baru jam 11 atau jam 12 malam. Besoknya kerja lagi jam 9 pagi. Begitu hampir setiap hari. Tapi kemudian bosan. Belum lagi badan capek.

Makan enak
Begitu punya uang sedikit, setelah melewati masa-masa krisis gaji reporter baru, mulai suka coba yang ini, nih. Makan enak. Biasanya makan enak ini mengeluarkan cukup banyak uang. Yang kalo dikumpulin bisa kali beli apa (enggak berani hitung). Sengaja nyari cafe atau restoran yang belum pernah dicoba. Tapi kemudian, saya sadar makan enak enggak bikin saya bahagia. Lalu udahan, ah. Bosan.

Jalan-jalan
Sebenarnya saya suka jalan-jalan dari jaman kuliah dulu. Sejak main ke Bromo ngeteng pakai kereta ekonomi lalu tidur di rumah kosong dan lari-lari sampai kehabisan napas di pendakian, saya sadar kalau jalan-jalan itu seru. Sejak itu tabungan biasanya alokasinya ke sana. Tiap pulang dari satu trip, merencanakan trip lain. Karena lumayan menghabiskan uang jadi ya enggak bisa sering-sering. Tapi, yang ada di kepala selalu itu. Kalau lagi enggak berangkat berarti lagi nabung dan merencanakan.

Tapi sejak pulang dari Derawan beberapa tahun lalu, saya mulai malas berencana. Enggak lagi tertarik sama trip. Kalaupun diajak dan ada dananya lebih sering menolak. Males capek, males adaptasi sama orang asing ketika liburan, males ngeluarin uang, males perjalanannya apalagi kalau naik pesawat, males segalanya. Jalan-jalan memang menyenangkan. Tapi bahagianya pas di sana. Pulang ke keseharian, kembali bosan. Ada yang suka posting foto-foto untuk relive pengalamannya. Saya sih, biasa aja.

Ikut komunitas
Saking bosannya, saya sama seorang teman nyobain ikut komunitas. Karena kami suka nonton, ikutan komunitas yang doyan sama film. Lalu merasa enggak cocok. Saya suka film. Bukan doyan ke bioskop. Enggak banyak nonton film lokal. Enggak mencari kesempatan ketemu artisnya juga. Lalu, karena suka kebersihan, mencoba ikut komunitas peduli kebersihan di Jakarta. Lalu lagi-lagi enggak cocok. Belum apa-apa sudah ditanya sanggup setor berapa uang kas bulanan. Mau bikin kaos dengan tulisan apa. Dan bisa nulis seberapa sering buat websitenya. Di pertemuan pertama. Mungkin saya salah cari komunitas. Mungkin sayanya aja yang kurang bisa bergaul di komunitas. Ya udah.

Olahraga
Saya suka olahraga yang enggak agresif. Dan murah. Ha-ha-ha. Gimana yah, selain saya memang cukup pelit, olahraga itu harus murah kalau buat saya. Saya enggak mau niat saya untuk sehat teralihkan dengan pengen keren, gaya hidup. Dulu waktu masih tinggal di Setiabudi saya masih sering tuh renang di Gor Soemantri Kuningan. Sendiri aja kalau enggak ada teman. Karena dekat dan murah. Kadang di Cikini kalau sama teman karena umumnya pada enggak mau berenang di Soemantri yang memang murah banget, Rp15 ribu. Tapi kalau rutin kan lumayan yah.

Lalu sempat yoga, karena terjangkau, diajak teman gabung kelas yoga di rumah temannya, mendatangkan guru. Tapi sejak kantor pindah ke jalan Panjang (Kebon Jeruk) harus mundur, soalnya jauh, enggak keburu. Akhirnya saya panggil gurunya ke kantor. Lumayan juga, ngajak teman lainnya. Tapi karena masalah sulit mengumpulkan sejumlah orang yang commit dan melakukan pembayaran rutin, udahan ah. Lebih capek ngurusin orangnya daripada yoganya. Yoga di tempat lain mau banget. Tapi, mahal. Nyobain lari di lapangan belakang kantor. Ah, enggak bikin hepi.

Di samping semua kegiatan itu, pernah juga saya mencoba fotografi pakai SLR pakai Holga. Melukis dengan cat minyak. Nulis fashion dalam bahasa Inggris buat website seseorang. Udah, sih. Enggak banyak juga, sih.

Tapi malam tadi kembali lagi mikir. Duh, kenapa sih ngerasa bosan terus? Kan bosan merasa bosan. Lalu jadi penasaran.

Why people feel bored?
Click search.

Dr. Irving Biederman, neuroscientist dari University of Southern California bilang, otak manusia diciptakan untuk merasa bosan.

What?

Menurut penelitiannya, otak manusia diciptakan untuk meminta rangsangan. Mata kita juga fokus pada dua hal dalam satu detik, mencari rangsangan baru. Begitu enggak ada yang baru dalam durasi itu, kita merasa bosan. Begitu juga dengan otak. Begitu kita enggak menerima rangsangan yang baru, kita akan merasa bosan.

Hebatnya lagi si otak ini, kalau kita melakukan sesuatu yang baru, dia akan mendapatkan rangsangan dan mengeluarkan opioids (zat kimia dalam otak) yang membuat kita merasakan sensasi dan puas. Tapi, begitu sudah mengalaminya, otak menyimpannya sebagai data dan pengalaman. Begitu kita melakukan hal itu lagi, otak bilang “been there, done that” jadi udah enggak ada sensasinya lagi. Terus meminta rangsangan baru supaya enggak bosan.

Perasaan ini yang kadang menyesatkan orang sama pilihan buruk. Drugs. Violent. Other stupid things. Dan keenggakseimbangan dalam hidup, yang bisa jadi diakibatkan rasa bosan ini, bisa mengacu pada depresi atau anxiety. Sementara menurut dia juga, melakukan hal yang sama, ritual, repetitive, itu bisa mengurangi anxiety. Nah, lho. Bingung.

Lalu paling asik pas nemu artikel ini, deh. Ada ilmuwan merumuskan apa itu rasa bosan. Dia bilang, 

Bosan adalah perasaan merindukan sesuatu untuk mengisi kekosongan, ingin melakukan sesuatu tapi enggak tahu apa dan bagaimana melakukannya, sehingga mencari ke luar dirinya untuk mencari jawabannya.

Elah. Enggak harus pakai sample, penelitian, gelar, buat nulis definisi itu. Iya enggak, sih?

Ya udah. Mungkin saya cuma lagi bosan.
Dan harus mendekatkan diri sama Tuhan.



**Sejak ditpostingnya tulisan ini, penulis telah mempertimbangkan berbagai cara guna menghilangkan kebosanannya. Percayalah, ini bukan sekedar tulis keluh tanpa aksi. Karena sesungguhnya nge-blog juga upaya penulis untuk melawan kebosanan. Dan dalam segala keterbatasannya penulis berupaya mendekatkan diri pada Tuhannya. Demikian dan terima kasih.

Comments