Udah Pengen Banget, Nih, Punya Pacar!

*Bagaimana rasanya menjadi cewek single di usia 20 something di Jakarta? Ya sama aja kayak cewek single di usia twenty something di kota lainnya.

 
Bukan, mereka enggak ada di foto ini.


“Kata kompas.com, jangan jadikan menikah itu sebagai salah satu pencapaian, lho,” kata saya.
“Iya, bukan pencapaian, tapi tujuan hidup,” kata Iris.
“One of life goals!” kata Myo.

HA HA HA HA HA HA

Saya yakin obrolan seperti ini terjadi di berbagai sudut kota, malam tadi. Karena kenyataannya, di mana pun kita bekerja, bertemu sama siapa, kalau ngumpul, obrolannya enggak jauh dari ini.

Ketika yang lain menceritakan their latest endevour in finding the one, saya menyimak dan mencerna. Dan ketika pertanyaan itu terselip keluar, saya jadi berpikir dan mencoba menganalisa. Iya yah, kenapa teman-teman cewek saya ini pada masih single?

Bibit, bebet, bobot
Kalau dilihat dari segi pendidikan, mereka semua lulusan universitas terkemuka di Indonesia. Malah ada juga yang sudah S2. Dari segi latar belakang keluarga juga baik. Malah, ada yang sepupuan sama seleb yang waktu nikah disponsorin semua sama berbagai brand itu. Dari segi pekerjaan, mereka bekerja di established company dan dengan gajinya mampu beli gadget, pakaian, dan makeup mereka sendiri. Dari segi penampilan juga oke. Bukan model, tapi bagi saya mereka ini di atas rata-rata, lah. Apalagi kalau udah mengenal pribadinya, they are delightful to hang with! Serius, deh, kenapa yah?

Pilih-pilih?
Paling bingung kayaknya kalau ada yang bilang jangan pilih-pilih. Ya masak mau membagi hidup sama orang lain enggak boleh memilih? Kalau masih single dibilang pilih-pilih, yang udah menikah memangnya enggak memilih? Dan mereka suka kesel kalau dibilang pilih-pilih.

“Pilih-pilih itu kalau memang ada yang harus dipilih. Kalau enggak ada orangnya, mau milih siapa?” kata Leon.

Iya juga.

Enggak berusaha?
Kadang suka ada yang nyeletuk sama cewek single, mereka enggak berusaha. Ini takarannya apa, yah? Emang berusaha dapat pacar itu gimana, yah? Saya enggak ingat. Mereka membuka diri sama pengalaman dan orang baru, ikut trip sama sekelompok orang asing misalnya.

Eeh pas ikutan, kebanyakan yang ikutan cewek juga. Atau yang cowok malah bawa pacarnya,” kenang Prim.

Malah mereka juga ngasih Tinder kesempatan.

“Susah nemu yang ngobrolnya nyambung. Giliran nyambung suka keputus enggak jelas obrolannya. Atau giliran nemu yang udah klik banget ngobrolnya, udah sweet banget, pas ketemuan, menjerumus ke arah ‘sana.’ Males, deh,” aku Salvi.

Sama-sama pengen dikejar
Satu yang akhirnya jadi poin menarik buat saya yang menyimak obrolan. Di usia 25 ke atas, baik cewek maupun cowok sama-sama pengen ‘dikejar.’ Kalau dulu di SMA atau kuliah, mungkin cowok lebih banyak maju, cewek tinggal nunggu, menyeleksi, dan menanggapi. Karena terbiasa begitu, banyak cewek yang terus menjalankan pola itu sampai usia twenty something.

Sementara cowok, semakin dewasa, enggak begitu lagi. Ambisi atau ego atau kebanggan mereka dari ngejar cewek yang mereka suka udah enggak sebesar itu lagi. Kalau ceweknya kelihatan enggak tertarik, atau ribet sama kebiasaan tarik ulur, atau gamang, bisa jadi dia langsung pergi. Enggak mau buang-buang waktu.

Ketika ceweknya enggak mau memulai dan cowoknya enggak mau ngejar, gimana, dong?

“Gue sih capek chatting terus, langsung aja ajak ketemuan. Eh, jadian,” kata Iris lagi, yang sukses dapat pacar dari Tinder dan berani langsung ngajak duluan.

Super!


*Untuk melindungi identitas dan kerahasiaan, saya memakai nama samara dari bebungaan yang bukan mawar; Iris germanica (german iris), Myositis sylvatica (forget me not), Leontopodium alpinum (edelweiss), Primula vulgaris (primrose), Salvia glutinosa (jupiter’s distaff).

Comments