Dan Semua Orang Akan Mengalaminya, Kehilangan Teman





"We enter the world alone, and we leave it alone. And everything that happens in between, we owe it to ourselves to find a little company.”

Somewhere along the way, dalam hidup kita pasti kehilangan teman. Bagaimana pun kisah dan caranya, mereka akan berguguran atau berganti predikat. Yang tadinya erat jadi hanya sekelebat, yang tadinya sahabat jadi hanya sebatas pesan singkat, yang tadinya hampir seperti kerabat jadi asing sama sekali atau bahkan adu debat.


Ada beberapa sebab kita kehilangan teman. Kalau dari pengalaman saya, ada empat alasan kenapa kita kehilangan teman di usia dewasa.



1.
Kadang kita kehilangan teman karena hal paling klasik di dunia, perubahan prioritas. Yang awalnya seagenda dan punya jadwal yang sama kemudian jadi beda, misalnya udah enggak sekantor. Yang ini, walau beda jadwal biasanya masih bisa bersahabat walau intensitas pertemuan menurun drastis. Tapi ada juga yang kemudian sulit diupayakan dan akhirnya fade away.

2.
Alasan kedua karena perubahan fase kehidupan. Misalnya dulu beberapa teman menikah dan punya anak duluan lalu mereka tiba-tiba menghilang karena sibuk menata hidup barunya yang luar biasa berubah. Perubahan fase ini secara mutlak mengubah jam bebas yang awalnya bisa dibagi dengan teman. Juga isi obrolan yang kemudian akan sangat terasa bedanya. Walaupun masih sangat bisa diusahakan, kenyataannya tetap saja bagi beberapa orang jarak fase hidup itu sangat terasa.

Misal, obrolan soal baby sitter atau memilih popok bayi yang oke sangat enggak menarik buat yang masih single. Sementara obrolan patah hati karena cowok udah enggak terasa relevan buat yang sudah pernah merasakan patah hati karena anak yang dikandungnya sembilan bulan, sakit. Banyak yang masih bisa blend in dengan segala macam obrolan, tapi ada aja yang enggak. Dan seperti seleksi alam, kita akan memilih mana yang obrolannya lebih mengena di hati dan bermanfaat di otak. Dan ini, wajar terjadi. Pun sekali lagi, keadaan seperti ini sebenarnya masih bisa diusahakan untuk saling jaga silaturahmi.



3.
Alasan ketiga adalah perbedaan prinsip hidup. Semakin tua, semakin malas taking crap from other people, right? Kalau enggak suka tulisan seorang teman di social media, dalam hitungan detik kita bisa unfollow feed bahkan unfriend. Kemudian saking lebih seringnya baca status social media daripada ngobrol langsung, kita membangun asumsi tentang bagaimana keadaannya saat ini. Kemudian kita merasa beda prinsip dan enggak punya waktu untuk meladeni dia lagi. Di jaman seperti sekarang saya yakin yang kayak gini sering terjadi. Penggalan kalimat seperti, "si itu kenapa sih, kok jadi gitu di socmed? Aku jadi males sama dia," pasti sering terungkapkan, kan?

Dari pengalaman pribadi, sebenarnya yang ini pun masih sangat bisa diusahakan. Dengan mengurangi intensitas baca statusnya dan lebih banyak ketemuannya. Beberapa orang memang lebih asik ditemenin aslinya, bukan persona social media-nya. Tapi kemudian ketika sudah bertemu dia memang berubah banget dan apa yang dia percaya enggak bisa kita terima lagi? Yang kayak gini yang sulit. Tapi santai, biasanya kalau orang yang prinsip hidupnya berubah drastis dia sendiri yang akan menjauhi kita tanpa kita harus melakukan apa-apa sih. Sedih. Tapi yah, people change. Apa mau dikata.


4.
Yang terakhir, yang paling sulit dipertahankan tapi bukan berarti enggak bisa, adalah karena kejadian luar biasa. Bisa berupa konflik bersama atau mengalami kejadian sulit dan enggak sepaham akan cara mengatasi atau menghadapinya. Karena kalau alasan lainnya masih sangat bisa ditalar dengan akal, yang satu ini banyak melibatkan perasaan. Tapi di usia tiga puluh, some walls falls down, we become more flexible, and realize that when things doesn’t go our ways, we should just try new ways. And it’s true that we apologize or forgive some people no matter what because we still want them in our life.

But sometimes, we cut someone from our life, simply because they hand us the scissor.





Anyway, saya yakin ada banyak hal yang bisa membuat kita kehilangan teman atau sahabat, di luar empat alasan yang saya tulis di sini. Tapi, menurut saya sih teman itu ada yang memang harus hilang karena pelajaran dari mereka sudah cukup. Ada juga yang sebaiknya diusahakan tetap bertahan karena kita masih butuh banyak belajar dari mereka. Dan enggak ada hubungan yang berjalan tanpa usaha, jangan pikir teman tetap datang tanpa kita melakukan apa-apa.

Buat saya sih, teman-teman yang ada sekarang dan masih saya usahakan adalah mereka yang memang layak dan saya ingin mereka ada dalam hidup saya. Enggak sering banget ketemu, tapi begitu bertemu enggak ada yang berubah. Enggak tahu semua rahasia, tapi enggak berusaha menutup-nutupi. Jumlahnya juga enggak banyak, tapi cukup. Dan walau mereka enggak selalu ada, tapi saya tahu mereka ada. Dan saya harap mereka juga tahu kalau saya ada.

Akhir kata, love you, Bens!



Comments