Ngamuk yang Terarah, Buang Stress di Kelas BodyCombat

Jab, through you heart. Cih.
“If someone breaks your heart just punch them in the face. Seriously, punch them in the face and go get some ice cream,” Frank Ocean.


Olahraga paling pas buat golongan darah A adalah pilates, yoga, dan tai chi. Ini pas banget, saya sangat menikmati yoga. Tapi namanya olahraga, tetap harus dipaksakan, selama dua tahun ini on and off seminggu sekali yoga. Setelah beberapa kali ganti guru dan enggak pernah ke gym, saya menemukan beberapa hal yang saya suka banget dari yoga. Dan saya juga merasa olahraga ini cocok dengan kepribadian saya. Yang kalem tapi bertenaga. Hemmn.  

Tapi beberapa bulan lalu, saya merasa yoga enggak cukup. Ada beberapa hal yang terjadi dan berubah dalam hidup saya. Dan beberapa hal ini membuat tingkat stress meningkat. Sehingga relaksasi yang saya dapat tiap sehabis yoga enggak cukup. It’s like something burning in me and I need to let it out. Kayak pengen teriak ala-ala vokalis band screamo di atas panggung sampe muka merah dan hampir muntah. Pernah dong yah, merasakan yang kayak gini? Para pekerja ibu kota, ibu-bapak rumah tangga, atau kombinasi keduanya, mana suaranya? Ha-ha-ha. Wajar, sih, stress, kesal, atau lagi ada masalah. Tinggal dicari aja output-nya mau ngapain.

Setelah terseok-seok dengan output yang merugikan diri sendiri, bisa baca di sini, saya melihat poster ajakan ikut BodyCombat di kantor. Awalnya penasaran aja, mau nambah kegiatan fisik, biar sama lelahnya sama otak, biar tidur makin pules. Soalnya ketika itu lagi jamannya gelisah kalau tidur. Otaknya capek tapi badan kaku-kaku kebanyakan duduk di kantor atau kena macet di jalan, ya kan. Okei, saya putuskan join. Sip!


Dari keram sampai doyan
Awalnya 20 orang. Seleksi alam itu nyata.
Hape Mellisa juara.
Kelas pertama ikutan, rasanya mau pingsan, kayak abis tes olahraga di sekolah tapi lari dan tes ketangkasan lainnya digabung dalam sehari. Besoknya bahu, lengan, perut, paha, dan betis nyeri, kalo digerakin sakit, pegel kayak abis naik kereta Bandung-Surabaya pakai kelas ekonomi. Ini saya pernah beneran naik kereta bandung Surabaya. Enggak lagi-lagi. Naik kereta sejauh itu maksudnya. Tapi kalau BodyCombat sih karena udah bayar, saya lanjut. Minggu berikutnya datang lagi. Lalu lagi. Terus sampai sekarang udah jalan sekitar tujuh bulan. And I crave it!

Yang bikin seru, BodyCombat ini kan perpaduan fitness dengan gerakan martial arts. Jadi banyak adegan mukul dan nendang tapi tanpa objek. Kayak air guitar gitu, tapi ini air fighting, nyahaha. Ada beberapa martial arts yang diadaptasi sama si penciptanya, Les Mills, jadi gerakan BodyCombat. Mulai dari tinju, muay thai, kungfu, sampai capoeira.

Semua gerakan ini dilakukan mengikuti musik kekinian yang beat-nya pas. Karena eh karena, lagunya juga mereka yang nentuin, bukan seenak kita atau instrukturnya. Serius memang keluarga Mills dari New Zealand ini menggarap usahanya. Brand Les Mills ini juga yang bikin BodyPump, BodyBalance, BodyAttacck, dan jenis-jenis fitness yang belakangan lagi pamor di berbagai gym. They’ve been doing it since 1968 btw dan mereka juga adalah keluarga atlit yang sering menang Olimpiade. No wonder. Baca aja lebih lanjut soal mereka di website-nya, klik di sini


Karena sak tinju itu bisa dibayangkan
Pose yang diarahkan oleh trainer.
All black, kecuali si romentik parpel Nike <3


Nonjok diiringi musik adalah salah satu karunia Tuhan untuk kita yang memendam kekesalan hidup. Halah. Tapi bener, walaupun enggak ada objek yang kita sasar, gerakan memukul dan menendang sangatlah relaxing. Padahal awalnya saya enggak suka banget sama olahraga agresif, enggak sesuai dengan kepribadian. Tapi, mungkin saya berkepribadian ganda. Ganda campuran.

Paling lucu kalau Hans, trainer kami, memotivasi untuk menambahkan power pada gerakan, dia bakal teriak, “Bayangkan muka mantan, bos, atau yang ngeselin hari ini.” Percayalah, pukulan akan makin bertenaga, ha-ha-ha. Kalau tendangan atau pukulan kami kurang pas arahnya, dia akan nanya, “Wajah lawan di mana? Coba bayangin pukul dagunya.”

Setelah tujuh bulan ini, semestinya wajah lawan saya babak belur enggak ada bentuk lagi. Selangkangan dan perutnya juga amburadul. Tentunya dengan asumsi ybs enggak melawan yah. Mungkin dalam posisi terikat. Ha-ha-ha. Tuh kan, ganda campuran.

Tapi percayalah, saya tahu kalau BodyCombat ini enggak akan bikin saya jadi jagoan. Atau tiba-tiba bisa tarung di jalanan. Mukul beneran aja enggak berani. Apalagi ngajak sparring. Enggak lah, ibuk-ibuk, ini kan olahraga judulnya, bukan belajar martial arts beneran. But in my mind, my opponent has died (horribly) a thousand times. Ba da dum cess.


Capek sih, tapi…
Ini ala-ala aja. Enggak gini latihannya, ha-ha-ha.

#pertemanansehat #gengkaosgudibeg
#kaosgratis #indosat #urbangig #natgeokids
#yangpentingnonjokbukanwardrobe

Ada satu teman yang awalnya ragu ikutan BodyCombat. Karena dia takut gerakannya terlalu tangkas dan juga takut enggak kuat staminanya. Iya, BodyCombat ini emang melelahkan. Pernah ada satu cowok mukanya merah banget, duduk berhenti latihan di tengah sesi (satu sesi kami sekitar 60 menit sudah termasuk pemanasan dan pendinginan) saking enggak kuatnya. Dan setelah itu dia enggak datang lagi.

Gini nih kalau latihannya dengan fancy wardrobe dan lokasi berapi-api, kayak di video ini. Kalau saya kan wardrobe seadanya dan di ballroom kantor, yah.



Tapi… teman saya yang awalnya ragu, masih latihan sampai sekarang. Iya sih capek, tapi BodyCombat ini kan terbagi menjadi beberapa track, satu track satu lagu. Seperti narasi sebuah kisah, dia naik-turun mood-nya. Ada track yang pelan, sambil kita membiasakan sama gerakan dan kombinasinya. Ada yang lebih nge-push ke speed, ada yang ke power. Dan ada juga bagian-bagian di mana kita dikasih kesempatan buat bernafas.

Seperti yang aku tulis sebelumnya, yang bikin ini udah berpengalaman sedjak 1968, have a little faith on them lah. Jadi tiap kali pengen nyerah, dikasih gerakan pelan, mikir, “Oh bisa lah bentar lagi.” Gitu aja terus sampe terdengar lagu Fall Out Boy, Know What You Did in The Dark, favorit! Soalnya ini lagu track terakhir. The song gives ease to my emo heart.

Bonusnya, pantat saya yang tepos mulai agak kencang. Garis perut sedikit terlihat. Gembyor tangan agak mengencang dikit. Dikit lho, enggak banyak, karena seharusnya seminggu itu latihannya dua sampai tiga kali. Tapi dengan bonus ini, suami pun dukung seratus persen karena istrinya enggak lagi ngeluh pantat tepos. Kenapa ini bonus? Soalnya tujuan saya ikutan BodyCombat emang cuma satu sih, buang stress, alias ngamuk yang terarah. And from my objective point of view, money well spent!






PS: Hans adalah trainer BodyCombat yang bisa diminta sesi private di sekitaran Jakarta. Dia juga ada kelas di Fitness First, Mall Taman Anggrek. Kalau ada yang lagi nyari trainer, bisa tinggalkan email di kolom comment nanti aku share kontaknya. Enggak aku share fee, yah, takutnya dia punya rate yang beda-beda tergantung jumlah peserta dan lokasi. He’s recommended!

Comments

  1. baca ini bikin niat berolahraga makin besar. semoga niatnya terlaksana hehehe

    .: Efi :.

    ReplyDelete

Post a Comment