Hidupku Kebanyakan Quotes, Quotes.


"Lieur, hirup loba teuing quotes."

Kesukaan terhadap kata-kata membuat saya menggilai quotes. Kadang enggak penting dari siapanya, yang penting apa kutipannya. Walau kadang kutipannya jadi lebih menarik karena faktor siapanya. Kadang penggalan lirik lagu juga bisa menjadi kutipan yang begitu menghantui. Dan ini bukan hanya saya. Luangkan waktu sepuluh menit di Pinterest dan Instagram, kutipan ini bertebaran di mana-mana dan menjaring likes bahkan re-pin dan re-gram. Ini bikin saya penasaran, kenapa sih kita begitu menyukai quotes?


Manusia dan kata-kata

Pada dasarnya, sejak ribuan tahun lalu sudah diketahui oleh para peneliti bahwa manusia menyukai kata-kata. Khususnya yang dirangkai dengan baik. Makanya banyak orang yang khusus mempelajari bahasa dan sastra. Sebuah ide yang sama bisa diterima dengan berbeda tergantung penyampaiannya.

“Metaphor use can also make a simple idea compelling. People have an appetite for well-expressed wisdom, motivational or otherwise,” Ward Farnsworth, author of Farnsworth’s Classical English Rhetoric.


Inspirasi dan kepuasan pribadi

Secara psikologis kita membutuhkan inspirasi, dan quotes memberikannya. Baik tentang sesuatu yang belum kita tahu, menimbulkan ‘aha moment.’ Ataupun pembenaran bagi sesuatu yang sudah kita tahu atau bahkan sedang kita alami, menimbulkan ‘gue banget moment.’

Khusus untuk ‘gue banget moment’ ini, kita akan mendapatkan personal satisfaction. Karena kita seakan mendapatkan validasi, dukungan, pembenaran atas apa yang sudah kita percayai. Namanya juga kan pembenaran yah, pastinya lega di jiwa, walau mungkin sesaat, ha-ha-ha.


Makanan otak

Percaya atau enggak, walaupun ketika enggak sedang ngobrol sama orang lain, otak kita melakukan brainstorming. Menerima dan mencerna informasi. Membaca quotes memancing otak untuk melakukan brainstorming.

Tidak seperti buku atau artikel lengkap, quotes ini terpenggal dan tidak lengkap. Pemahamannya juga luas dan multitafsir. Sehingga otak kita bekerja. Mungkin seperti ketika kita membaca puisi dan lirik lagu puitis?


Insting primal

Lebih ribet lagi dibahas dalam artikel Why Inspirational Quotes Motivate Us ini kalau ternyata ketertarikan akan kutipan ini menempel pada manusia sejak dahulu kala, ini adalah insting primal kita. Eh. Gimana maksudnya?

“Leaders and their words–inspirational quotes–affect us on a primal level,” Scott Sobel, founder of Media & Communications Strategies, Inc. in Washington, D.C.

Menurut bapak ini, sejak manusia hidup dalam kelompok, kita belajar dari para senpai, senior, tetua. Para orang yang dituakan karena hidup lebih lama, pengalaman hidup mereka lebih banyak, sehingga dianggap lebih tahu soal cara bertahan dan menjalani hidup. Pada era di mana ucapan mereka merupakan satu-satunya informasi dan pelajaran hidup, dari mereka lah kita krucil atau yang muda belajar, dari kata-kata. Ucapan tetua begitu penuh petuah dan bagaikan pedoman hidup.

Insting ini yang hingga kini tetap berlaku. Ketika membaca quotes kita merasa membaca petuah hidup dari orang yang sudah lebih dulu mengalaminya. Semacam membaca pepatah atau kata mutiara. Tapi bedanya tetua jaman sekarang adalah semua orang yang menuliskan kutipan bijak di media sosial. Okay I’m being sarcastic. Tapi intinya begitu, kita suka belajar dari orang lain yang pernah mengalaminya dan survive, dan quotes mengintisarikan itu pada level tertentu. Make sense.

“There’s a little bit of implicit coaching that’s happening when you’re reading it. It’s building that self-efficacy in that kind of dialogue that you’re having with yourself,” Jonathan Fader, PhD, founder of the Union Square Practice in New York City. 




Oke, ada banyak alasan kenapa kita begitu menyukai quotes. Tapi ada satu hal pahit yang harus kita telan,

“Those inspirational posts simply won’t help you to truly reach your goals,” kata Peter Shankman, seorang award-winning entrepreneur

Karena walaupun quotes bisa memberikan rangsangan inspirasi atau motivasi secara instan, dia cepat aus. Dan enggak memberikan solusi terhadap masalah apapun yang kita alami. Sehingga sahabat, quote all you want, but still, deal with your problems.



*PS: Berikut beberapa image quotes lagi yang saya buat. (Baca: quotesnya saya temukan di sana-sini di dunia maya dan saya edit dengan tambahan gambar yang juga saya ambil di sebuah mobile apps. Yang masing-masing saya buat berdasarkan mood dan perasaan yang saya rasakan ketika itu, semua quotes ini tidak saya buat dalam satu waktu. Takes me two months to collect them all. What can I say, I am not Poe and am not Banksy.




























Comments