pouring rain memory

Di jendela tampak titik-titik hujan. Sementara radio mengeluarkan bunyibunyian memancing nostalgia. Puan diam saja amati lalu lintas padat. Diam saja didera melodi tak asing menyeruak memenuhi udara mobil dengan aroma romantisme masa lalu. Perlahan mulutnya terbuka, mengucap kata, bernada pula ucapannya, senada dengan melodi yang keluar dari radio itu.

Kembali membuang pandang tak jauh ke depan kiri. Menoleh ke kanan, tapi tiba-tiba Puan menarik kepalanya kembali ke kiri.

Kadang tak perlu melihat untuk tahu. Kadang tak ingin melihat karena sudah tahu. Itu yang terkadi pada Puan. Hujan di depan matanya segerimis hujan di hatinya. Melalui daerah yang mengungkit kenangan indah di masa lalu bukan hal yang tepat dilakukan di sore hujan. "Kenangan indah," pikir Puan, ia menyinyir. Puan bertanya-tanya apa artinya itu, jika nyatanya hanya menyesak di paru-paru, membuat sulit bernapas.

Lalu berlalu, tempat itu berlalu, tapi rasa pahit itu masih terasa di pangkal lidah, rasa pahit yang terkandung dalam kalimat "yang tak terlupakan".***

Comments

Post a Comment