Pengalaman Perempuan Banyak Maunya Cat Rambut di Dua Salon di Jakarta




Yang pertama, katanya, tak terlupakan. Jargon jadul ini pas banget untuk pengalaman pertama saya mengecat rambut di salon. Tapi, yang namanya tak terlupakan itu, tidak selamanya indah. Dan kisah ini akan dimulai dengan sedikit pedih. Ralat, pedih banget.

Untuk yang belum kenal saya, kenalkan, saya ini banyak maunya tapi over-thinking. Niat mewarnai rambut ini sudah bertahun-tahun saya punya. Saya sering save foto warna rambut yang saya mau, baca-baca blog soal mewarnai rambut, dan sekitar enam bulan ke belakang mulai browsing salon spesialis mewarnai rambut juga biayanya. Malah, sudah dua kali ke salon langganan minta cat namun urung karena hair stylist langganan meyakinkan kalau rambut asli saya bagus, jangan dicat, nanti rusak.

Akhirnya, pada suatu siang saya berada di Central Park. Pulang dari Bandung, naik travel pool-nya di mal ini. Saya sempat baca kalau salon One Piece terkenal untuk hair coloring. Karena punya pengalaman potong rambut di sana dan hasilnya memuaskan, yasudah saya membulatkan tekad untuk now or now. Jangan never.

Dan kisah pedih ini akan saya mulai di sini....

((Tiba-tiba malas menuliskan pengalaman yang tidak menyenangkan dan sangan subjektif ini)).

Inhale. Exhale. Okay.

Sebagai pembanding, ini foto saya pre hair coloring.
Tanpa styling, keramas dan sisiran aja.


Dan kisah pedih ini akan saya mulai di sini. Saya tiba di salon sekitar pukul dua siang. Langsung menunjukkan foto warna rambut yang saya mau, sumber foto dari akun instagram salon bersangkutan. Saya juga minta stylist yang di-tag di foto tersebur, dengan asumsi dia bisa dan biasa coloring dengan warna tersebut.

Stylist bilang oke bisa. Tapi katanya harus bleaching dua kali. Saya nurut. Proses bleaching ini sampai akar, katanya kalau mau seperti di foto, harus sampai akar, biar bagus. Dia mengingatkan, akan sedikit pedih. Dan benar saja, selama satu jam lebih (karena bleaching dua kali) kulit cenut-cenut pedih. Seperti luka yang kena air.


Hasil bleaching pertama.

Hasil bleaching ke-dua.

Setelah bleaching mulai coloringStylist bilang trial warna di beberapa helai rambut. Dia kasih warna gray dan ungu. Di situ saya enggak paham. Kan di awal saya sudah menunjukkan warna yah di foto, itu warnanya cokelat. Jadi ketika lihat trial warna di rambut ungu dan abu, ya saya kan enggak paham. Lalu saya minta warna cokelat seperti yang saya mau.

Di sini, asisten stylist mulai menyanyi-nyanyi "seperti biasa, deh, seperti biasa" sambil kode ke temannya. Saya cukup tersinggung di sini. I've been a good customer since I arrived. This guy was rude. Tapi saya tahan, sebagai over-thinker, saya pikir ulang, mungkin bukan begitu maksudnya, mungkin bukan ke saya.

Lalu trial warna cokelat. Sip, seperti yang saya mau. Lalu mulai dicat, sampai akar lagi. Di sini saya sudah pengen pulang sebenarnya. Pedihnya seperti... jatuh di aspal lalu dikasih Betadine, tapi sekepala, dan selama sekitar 45 menit? Kepala saya sampai pusing. Di sini saya tanya ke stylist, ini dicatnya rata ke semua bagian? Di foto kan ada teksturnya gitu yah? Kemudian jawaban stylist ini begitu mencengangkan.

"Oh, kalau itu beda lagi, untuk highlight kayak gitu harganya beda, lebih mahal," jawabnya dengan santun.

LAH. Kenapa enggak bilang dari awal? Mbok ya dijelaskan, kalau warna yang di foto itu bagaimana prosesnya, bisa atau enggak di rambut saya, atau bagaimana, di awal. Bukan di tengah jalan. Jangan oke-oke aja di awal, eh di tengah baru bilang. Saking kesalnya, saya lemes. Mana pala pedih. Hati mulai pedih.

"Oh, begitu yah," jawab saya dengan nada sopan.

Keramas terakhir setelah coloring adalah keramas paling pedih. Di sini, beberapa bagian kulit kepala saya seperti melepuh. Dan benar saja, ada tiga bagian kulit kepala saya yang berdarah, enggak mengalir atau gimana yah, mirip sama kalau luka kena aspal, pas disentuh sakit dan meninggalkan noda darah di tangan. Tapi enggak luka menganga atau gimana. Melepuh deh. Hampir nangis, dan minta masnya pelan-pelan banget keramasnya.

Tapi, the most pedih of all adalah, selesai keramas, warna cokelatnya enggak masuk. Alias terlalu terang. Cokelatnya hampir enggak kelihatan. Seperti warna bleach. Blonde.



Hasil akhir. Foto ogah-ogahan di eskalator.
Di salon ditawarin difoto kutakmau.


"Wah, jadinya terang banget, yah," kata stylist-nya masih dengan santun dan berusaha ceria.

"Ha-ha-ha, blonde banget ini sih. Bukan cokelat." kata saya berusaha senyum. Dan langsung beres-beres, bayar, pulang.

Oh ya. Bleaching dua kali, coloring satu kali, ekstra serum supaya rambut enggak rusak, dan beli sampo Shiseido khusus rambut berwarna, saya harus bayar sekitar Rp2,5 juta. Kenapa beli samponya? Karena saya belum punya, dan katanya kalau pakai sampo biasa akan lebih cepat terangnya. What? Masih bisa tambah terang? Dan karena sama dengan merk catnya ya saya pikir boleh, lah. Daripada super blonde dalam seminggu?


***

Lalu di jalan pulang, saya bete.

Lalu bete banget.

Lalu merasa mirip Nicki Minaj ketika dia platinum blonde. I mean, I love her, tapi pilihan gaya dia terlalu bold buat saya. hiks.

Queen~

Meh. Rambut pun jadi NGEMBANG!
Next blogpost soal kerusakan rambut post coloring, yah!
Ini styling pakai curling iron, enggak woke up like this.

Teman saya langsung tanya, "Kenapa kamu enggak protes? Lalu minta cat ulang?"

Mungkin pembaca yang budiman juga menanyakan hal yang sama. Ya, ini sifat saya sih, kadang sifat satu ini positif, kadang negatif, atau selalu negatif? Saya tidak suka konfrontasi dan saya tidak suka menghabiskan energi untuk situasi atau orang yang menurut saya tidak sepadan dengan upayanya.

Ketika di salon, di sebelah saya, ada seorang bapak bule yang tidak bisa bahasa Indonesia sama sekali. Dia minta rambutnya dipotong, dia jelaskan ke stylist potongan yang dia minta. Setelah selesai si bapak ini marah-marah dengan volume besar.

Setelah protes, stylist-nya berusaha memperbaiki. Tetap dia marah karena tidak sesuai. Dengan nada meninggi dan volume besar dia mengatakan stylist-nya tidak paham. Lalu berusaha ditenangkan, dia sampai menutup wajahnya dengan kedua tangannya dan menggelengkan kepala. Lalu dia pulang, dengan potongan rambut yang tidak dia harapkan.

I don't want to be like him. I don't want to make a scene.

Karena ketika itu saya juga sudah lelah, lima jam di salon, kulit kepala saya pedih, saya juga harus bayar mahal. To be honest, saya tidak punya energi lagi untuk marah. Dan saya juga tidak ingin mengeluarkan energi untuk berusaha menjelaskan lagi atau membuat stylist-nya mengerti. See, for me, I only spare my energy to people I want to invest with.

"Tapi kan kamu bisa minta cat ulang?" kata teman saya lagi.

Nope. I will never let this person touch my hair ever again. Dan pada saat itu saya sudah tidak peduli sih kalaupun stylist-nya diganti. Saya tidak ingin berada di salon itu lagi semenit pun. Saya semarah itu.

"Tapi siapa tahu kalau kamu marah, jadinya gratis?" kata dia lagi.

Kalau marah lalu enggak gratis? Saya rugi tiga kali. Dan rasanya tidak mungkin gratis, sih. Palingan dikasih cat ulang. Dan saya tidak mau. Maaf, yah, they're done. Mungkin ini saya lagi apes, walaupun sudah berusaha jadi klien yang kooperatif dan enggak judes. Mungkin orang lain enggak mengalami. Mungkin pembaca yang budiman juga kalau warnain rambut di sana bakal sukses. Tidak bermaksud menjelek-jelekan salon ini, but this happened to me, that's all.

Malam pertama sebagai blonde woman, saya sudah memikirkan berbagai alternatif:
A. Besok langsung cat ulang di salon lain
B. Potong super pendek lagi, pixy cut
C. Cat ulang sendiri pakai April Skin atau Manic Panic
D. Channeling my inner Nicki Minaj

Akhirnya saya memilih D. Karena saya masih lelah dari pengalaman pertama ini, karena dompet saya juga butuh waktu untuk mengembang lagi, karena kalau cat sendiri takut malah lebih disaster, dan karena suami saya bilang bagus-bagus aja blonde juga. Ha-ha-ha.


Trying my best to 'own it' tapi yha cakepnya di foto doang.
Aslinya mah kusem aku kelihatan kumel apalagi kalau enggak dandan. Sad.
Dan gini kalau enggak dicatok/blow. Siangan makin ngembang.



***


Setelah dua bulan channeling my inner Nicki Minaj. Setelah dibilang "Mbak, kok di-bleacing doang enggak dicat?" oleh beberapa stylist di salon ketika saya keramas atau creambath. Setelah dibilang "dikirain bule" lalu diketawain sama beberapa orang Lombok ketika liburan. Setelah dibilang "Kamu mirip Sule," sama ibu saya.

Sule?

Yang udah usaha dicatok namun kata ibunya mirip Sule.
Sule juga orang Cimahi, sih. Namun...


Fix. Harus cat ulang.

Akhirnya saya ke salon langganan di Jakarta Barat, SHAG. Tapi karena ko Sonny-nya lagi enggak ada, saya minta stylist-nya siapa aja, deh, yang penting bisa bantu. Lalu saya curhat. Stylist saya dengan tenang menjelaskan kalau cat rambut memang bisa tricky.

"Yang namanya cat rambut, kadang kita enggak bisa janji pasti hasilnya akan sama persis dengan yang dimau. Karena rambut tiap orang berbeda, warna yang 'masuk' juga bisa berbeda. Jadi kita memang harus coba aja dulu, dengan tingkat keberhasilan tidak 100 persen. Tapi yah mendekati contoh," katanya.

Lalu dia membawa buku berisi sample cat rambut. Setelah diskusi, kami memutuskan warna Shiseido Warm Beige nomor 8. Tadinya saya mau nomor 9, supaya lebih gelap karena trauma nanti terlalu terang. Tapi stylist bilang "Kalau nomor 9 takutnya terlalu gelap, cokelat aja, kurang spesial, nomor 8 aja yah masih gelap tapi agak terang, kita coba dulu aja, yah," katanya meyakinkan.

Tanpa keramas, asisten stylist langsung trial warna di rambut, nomor 8 dan 9. Lalu kami sepakat nomor 8, lalu rambut saya dicat, sampai akar, tapi ternyata kalau tanpa bleach sama sekali tidak pedih.

Setelah 30-45 menit, saya keramas, dan voala! Rambut cokelat yang saya mau pun muncul di kepala. Pun tidak terlalu merata, karena hasil bleach di rambut saya juga tidak merata, mengingat tekstur rambut yang beda tiap helainya juga. Juga karena bagian atas sudah ada rambut hitam sekitar 5 cm, yang hasilnya jadi cokelat pekat. Jadinya lumayan bertekstur.

Warm beige, hasil akhir.

Sule no more. Just me.
Ini juga dicatok di salon~


Saya sempat minta tekstur, lalu kata stylist agak susah kalau bikin tekstur dari rambut yang sudah terang. Dan kata dia takutnya malah tidak bagus jatuhnya di warna rambut saya. Juga katanya untuk warna cokelat yang saya mau ini, harusnya bleach satu kali saja sudah cukup. Ha-ha-ha.

Setelah membayar Rp900 ribu rupiah untuk coloring rambut medium, saya pun pulang. Yah, walau pengalaman pertama tak terlupa, kadang yang pertama tidak selalu yang terbaik. Mungkin yang pertama ini memang untuk pelajaran bagi saya, perempuan banyak maunya.



Gini, warna rambut blonde-nya di bawah sinar matahari.
No filter. Disangka bule Swedia.

Even though it's painfulbut I cherish this experience.
Karena ya kalau di foto memang kelihatan lumayan oke,
ha-ha-ha :*




***

Foot note: Tiba-tiba ingin menuliskan ini karena kemarin malam saya keramas di sebuah salon terkenal di Bandung. Di sebelah saya ada seorang adik cowok yang cat rambut bagian jambulnya saja. Karena sudah malam, salon hampir tutup, saya tanya sama stylist, "Mas, itu jam segini masih coloring?"

Lalu masnya bilang, dia sudah berjam-jam di salon dan warna yang dia mau tidak kunjung masuk. "Coloring memang susah, hasilnya beda-beda gimana rambutnya. Suka sedih kalau ada tamu yang gagal warnain rambut, tamunya sedih kita juga sedih, ngerasa gagal. Tapi ya memang gimana sifat dan tekstur rambutnya," kata stylist saya dengan perlahan.

Ketika saya pulang, bareng dengan si adik tadi. Mukanya bete, berkali-kali dia mengaca dan berusaha menata rambutnya, tapi kelihatan dia tidak puas. Ketika kami keluar, stylist dia mengejar dan bilang, "Besok cat ulangnya jangan kesorean yah, A, siang aja, kalau bisa agak pagi," katanya ramah. Si adik mengangguk lemas masuk ke mobil. Dan dia sama sekali enggak marah-marah selama saya di salon itu.

I feel you, adik. Yang sabar yah!

Comments

  1. Akhirnyaaa terjawab sudah pertanyaan yang belakangan ini nongol terus di kepalaku. Seriusan, aku ternganga gitu waktu pertama kali liat foto-foto Acil tiba-tiba jadi Nicki Minaj, eh blonde maksudnya. 😝 Ternyata ada cerita pedihhh banget. At least now you can say, "Sule no more!". Hihihi...

    ReplyDelete
  2. Bleach sesakit itu ya chiil? Ngeri bayanginnyaa.. Sebenernya yg blonde cocok juga walau rada keterangan.. Tapi memang lebih kece yang terakhir chiiil.. Ku sukaaa.. :D

    ReplyDelete
  3. Hi kak,

    Perkenalkan saya merlyn dari situs HL8 ingin menawarkan kerjasama dalam bentuk program affiliasi dimana anda bisa mendapatkan keuntungan komisi 40% flat dari kami setiap bulannya, Apabila anda tertarik silahkan hubungi kami di affiliate[a]hl8asia .com atau fb saya.

    Terima kasih atas perhatiannya

    merlyn

    ReplyDelete
  4. Agen Sbobet | Situs Bandar Bola Online Terpercaya | indocbet

    IndoCBET adalah Daftar agen sbobet Situs Bandar Bola Online Terpercaya resmi Taruhan Bola dengan lisensi indonesia

    Bergabunglah bersama indoCBET bersama kami dengan Bonus Terbesar Saat ini

    BONUS NEW MEMBER 20%
    BONUS DEPOSIT 5%
    BONUS CASHBACK 5%
    BONUS ROLLINGAN 0.5%
    BONUS REFERENSI 5%

    Tersedia Agen
    SBOBET, AMGBET, CBET

    Deposti 25ribu

    Whatsapp indocbet : 0822.8637.2298

    ReplyDelete

Post a Comment