morning of the (supposed to be) glorious life
chapter 4: everyone have a baggage
"no man will swim ashore
and take his baggage with him"
and take his baggage with him"
I start to understand. why women from my economic class prefer getting marry at this age, at my age*.
maksudnya bukan mereka yang terpaksa, mereka yang memutuskan begitu, mereka yang memutuskan untuk tidak bekerja, memutuskan untuk menggantungkan hidupnya pada laki-laki.
because as much as i love my job, and my life right now, i'm kinda hate the baggage. itu lah, koper seberat sepuluh kilo yang harus saya seret-seret ke mana pun saya pergi. setiap hari. di jam-jam di mana saya tidak tidur.
i don't even have the nerve to look inside it. yang saya tahu di dalamnya ada potongan-potongan impian yang belum saja terwujud. harapan-harapan orang lain terhadap saya. hutang saya terhadap orang tua. rasa bersalah atas semua kesalahan yang pernah saya buat, dan rasa cemas akan masa depan yang saya sadari betul sama sekali tidak pasti.
what goes around comes around. dan mungkin karena bumi itu bundar yah, dia berputar. karena sangat aneh sekali untuk saya, betapa hanya dalam satu tahun hidup saya berubah 180 derajat. banyak hal yang saya takutkan untuk terjadi, terjadi.
once my favorite writer said:
"tell your heart that the fear of suffering is worse than the suffering itself. And no heart has ever suffered when it goes in search of its dream."
and it is. sayangnya kalimat kedua belum saya amini baik-baik.
dan pagi ini, saya lihat semua orang berjalan sedikit terpincang. karena tangannya sibuk menyeret-nyeret semua baggage yang sudah mereka kumpulkan selama puluhan tahun. sama saja seperti saya. mau diwrnai apa saja tetep aja, its sucks.
and now, i'm waiting my shore. ketika saya temukan akan saya terjun tanpa pikir-pikir. and swim across.
*kalimat yang muncul dari seorang yang belum menikah dan belum ada pikiran ke sana. bisa saja sangat berbeda keluar dari yang sudah atau bertujuan ke sana atau menikah dan tetap bekerja. beda jendela beda pemandangan. bukan tentang pernikahannya. the idea of putting your life in someone else hand that freaking me out. so i guess we can agree to disagree.
maksudnya bukan mereka yang terpaksa, mereka yang memutuskan begitu, mereka yang memutuskan untuk tidak bekerja, memutuskan untuk menggantungkan hidupnya pada laki-laki.
because as much as i love my job, and my life right now, i'm kinda hate the baggage. itu lah, koper seberat sepuluh kilo yang harus saya seret-seret ke mana pun saya pergi. setiap hari. di jam-jam di mana saya tidak tidur.
i don't even have the nerve to look inside it. yang saya tahu di dalamnya ada potongan-potongan impian yang belum saja terwujud. harapan-harapan orang lain terhadap saya. hutang saya terhadap orang tua. rasa bersalah atas semua kesalahan yang pernah saya buat, dan rasa cemas akan masa depan yang saya sadari betul sama sekali tidak pasti.
what goes around comes around. dan mungkin karena bumi itu bundar yah, dia berputar. karena sangat aneh sekali untuk saya, betapa hanya dalam satu tahun hidup saya berubah 180 derajat. banyak hal yang saya takutkan untuk terjadi, terjadi.
once my favorite writer said:
"tell your heart that the fear of suffering is worse than the suffering itself. And no heart has ever suffered when it goes in search of its dream."
and it is. sayangnya kalimat kedua belum saya amini baik-baik.
dan pagi ini, saya lihat semua orang berjalan sedikit terpincang. karena tangannya sibuk menyeret-nyeret semua baggage yang sudah mereka kumpulkan selama puluhan tahun. sama saja seperti saya. mau diwrnai apa saja tetep aja, its sucks.
and now, i'm waiting my shore. ketika saya temukan akan saya terjun tanpa pikir-pikir. and swim across.
*kalimat yang muncul dari seorang yang belum menikah dan belum ada pikiran ke sana. bisa saja sangat berbeda keluar dari yang sudah atau bertujuan ke sana atau menikah dan tetap bekerja. beda jendela beda pemandangan. bukan tentang pernikahannya. the idea of putting your life in someone else hand that freaking me out. so i guess we can agree to disagree.
Kamu kayak krisis umur, Cil. Inget kata Pidi Baiq aja :) jangan lupa sedekah
ReplyDeletehihi...iya, kayaknya harus ngobrol sama bang pidi :p
ReplyDeletekenapa mereka menggantungkan hidup pada laki2? pingin saya juga, tapi belum ada laki2 yang bisa saya gantungkan hidupnya kepada dia hahahahaha...(*ngetawain diri sendiri) jadi mau gamau saya harus menjadi sama seperti kamu hehehh..
ReplyDeletehihi, saya juga mau gamau harus menjadi seperti saya :p
ReplyDelete