Gagal Hipster di FMFA


Will be the most epic moment in 2014.



YOLO.
You only live once. 
And sometimes, 
the first experience 
is not the best experience.


How hipster are you? Sempet ikutan kuis ini dan dapet 60 from 100. Katanya ada peluang jadi hipster tapi selera musik masih terlalu mainstream. Sebenernya memang enggak merasa hipster. Tapi berhubung diajakin nonton Future Music Festival Asia yang konon musiknya kaum hip itu, ya kepo juga, sih. Terus, kalau enggak suka musiknya, ngapain dateng ke FMFA? Aku menyalahkan kemacetan jakarta.

Gara-gara macet, obrolan sama Bos (bukan nama sebenarnya tapi memang atasan di kantor) jadi ngalor-ngidul. Setting-nya kita berdua di dalam mobil kantor menuju Jakarta Barat dari Jakarta Pusat, mau meeting. Perjalanan memakan waktu hampir dua jam setengah. Jadilah ngomongin musik, jadilah ngomongin EDM, jadilah ngomongin FMFA. Dan doi sitawarin tiket, yang harus kita siapin tinggal siap jasmani dan rohani dan bikin tulisan singkat. Tergoda dong?

Awalnya sih enggak. Rudimental, DeadMau5, Armin Van Buuren, belum kenalan semua. Dan tak kenal maka tak sayang. Tapi boy, ada itu dua nama yang bikin deg-degan. Macklemore and Ryan Lewis.

Welcome to the Heist
Ini nih album rapper dan producer yang bikin jatuh hati. Awalnya liat video Thrift Shop di V-Channel. Anjis, ganggu berat ini lagu, pertama kali liat. Dua kali, mulai goyang, lima kali eh lama-lama nyari videonya sendiri. Karena penasaran, coba dengerin beberapa lagu dari album ini. Ya di Youtube, di mana lagi. 

Terus doi menang Grammy Awards, makin mencuat, makin banyak dibahas. Dan tekhnik nge-rap Ben Haggerty (alias Macklemore) mengingatkan sama Eminem. Tapi konten dan isu yang dia angkat di lagunya, beda banget. Doi peduli sama isu sosial dan sebagai white dude rapper, dia banyak juga mengangkat soal tema ras di musik Hip Hop. Cut the story short, I love their music!

Tapi, tiket pesawat ke Kuala Lumpur, Malaysia, tempat si FMFA 2014 digelar, kan enggak murah yah. Tapi si Bos bilang YOLO. Dan kami beli tiket sekitar satu bulan sebelum event. Karena tujuannya emang nonton doang dan di konser akan berlangsung sampai dini hari, jadilah kami enggak pesen hotel. Karena terus terang, enggak pengen jalan-jalan di KL.

Terbanglah kami di hari ke-tiga FMFA, 15 Maret 2014.

Karena tiketnya complimentary,tentu saja enggak dapat refund.
Sayangnya tiket pesawat enggak ada refund.
We are very sorry to inform you...
Celana pendek, stocking, sweatshirt, topi, rubber boots, hat, dan kanvas bag. Dandanan dan bawaan ala mau nonton konser di Senayan. Minimalis dan malesabis. Karena tenaga enggak banyak, paling enggak suka bawa bawaan berat. Jadilah begitu, cuek aja, apa yang terjadi terjadilah. Dan terjadilah.

Setelah ngambil tiket di Fadil (nama sebenarnya) freelance writer dari Singapore, kita berangkat ke venue di Bukit Jalil sekitar pukul empat sore. Setelah diturunin sama taksi yang udah dibayar tidak sesuai argo, sekitar 50 RM (sekitar Rp150 ribu) di tengah jalan karena supirnya males kena macet (yang mana jelas banget supirnya belum pernah ke Jakarta), ada mobil sedan ngedeketin, buka jendela.

"I heard that they canceled the show. Do you know about this?" tanyanya sama Fadil dan kedua adiknya yang sengaja dia ajak nonton dari hari pertama. Tapi karena enggak denger kabar apa-apa kita tetep jalan menuju venue. Sebuah perjalanan menuju venue konser yang sangat sepi. Sepi sekali.

Open gate itu semsetinya jam empat. Jadi harusnya pas kita sampai sudah dimulai keriuhan konser. Tapi ini.... Tiba-tiba ada mamang-mamang ( I don't know what Malay peeps call them) yang bilang sama kita, teriak, "the show is canceled. It's on the news. Don't you know?"

"Seriously?" cuma bisa jawab gitu sambil browsing pakai paket data Telkomsel yang tetep lelet walau di Malay dan seharinya Rp100 ribu. Dan nemu lah beberapa berita lokal yang bilang kalau ada lima orang meninggal di venue hari ke-dua karena over dosis. Sehingga polisi menganjurkan panitia untuk tidak melanjutkan konser.

Tapi kami masih berharap ada keajaiban. Tetep jalan ke venue. Dan di sana udah banyak banget orang yang siap party. Malah mungkin udah panas di pre party, yah. Dan enggak ada musik, enggak ada keriaan, yang ada cuma polisi berjajar dan gerbang yang ditutup. Beberapa kali pun pengunjung teriak "let us in," the police just won't let us in.

Enggak peduli umur berapa dan dari ras apa, semuanya menunggu keajaiban. Enggak lama, ada pengumuman yang udah direkam sebelumnya yang menginformasikan kalau bener nih konsernya dibatalkan. Dan diminta meninggalkan venue dengan tenang.

Setelah nge-tweet ke @macklemore, curhat, dan doi enggak bales sampai sekarang, aku dan Bos memutuskan buat beranjak. Mengambil beberapa barang titipan di hotelnya Fadil lalu galau tak tentu arah mau ke mana. Mau ngapain. Sama siapa. Jadinya gimana.

Padahal flight balik ke Jakarta masih esok hari, jam sembilan pagi.

Akhirnya, sambil lemes, kita berdua numpang nge-charge handphone dan akses wifi gratis di lobby hotel-nya Fadil. Kepo sama kejadian sebenarnya di malam ASOT by Armin Van Buuren memainkan musik trance dan ada satu orang meninggal langsung di venue karena OD. Lalu ternyata beberapa orang yang awalnya kritis juga ikut meninggal di perjalanan dan di rumah sakit. Total meninggal enam orang karena OD. Dan 22 orang ditangkap karena kepemilikan obat terlarang.

Enggak nyangka kejadiannya semengerikan itu. Akhirnya enggak kesel lagi, yah mau gimana lagi, kalau jadi panitia juga akan mengambil keputusan yang sama. dan kami pun browsing, lurusin kaki, sambil mikirin langkah selanjutnya setelah gagal hipster di FMFA.

Fakk.

Comments