Menurut Saya Sih, Anak Perempuan Harus Nonton Anime Sailor Moon
5 nilai yang saya pelajari dari Sailor Moon dan baru saya sadari kemudian hari.
Tiba-tiba keajaiban terjadi. Kekuatan muncul di diri! Tiba-tiba juga kepikiran, ada beberapa hal yang ternyata saya pelajari dari serial kartun Sailor Moon. Film kartun kesukaan sejak SD. Lucunya, baru kemudian hari, sejak SMA, saya sadar kalau beberapa nilai yang saya pegang turut dipengaruhi oleh Usagi Tsukino dan kawan-kawan. Bahkan sampai sekarang ini. Kenapa bisa kepikiran? Muncul begitu saja, tiap kali obrolan mulai mengarah ke norma. Dan saya berkomentar. Ketika ada yang nanya, kenapa saya berpikir begitu, saya pun jadi bermenung merunut ke belakang. Dan tersadar, betapa nonton film kartun setiap sore jaman masih SD dulu, berdampak cukup kuat pada saya. Misalnya, 5 nilai hidup ini;
Enggak semua perempuan menunggu diselamatkan
Enggak terhitung berapa kali Mamoru Chiba (Tuksedo Mask, reinkarnasi Pangeran Bumi, peran utama laki-laki di serial ini) diselamatkan oleh Sailor Moon (pahlawan cantik berbaju sailor, reinkarnasi Puteri Bulan). Dan ini enggak membuat Usagi kelihatan menyedihkan, justru keren. Juga, enggak membuat Mamoru kelihatan lemah, justru berharga. Tapi ada juga sih yang menganggap Mamoru itu cowok lemah, ya gimana sudut pandang juga sih. Bukan cuma Usagi, pahlawan sailor lainnya juga beberapa kali menyelamatkan laki-laki yang mereka suka. Dari situ saya belajar, enggak selamanya perempuan cuma bisa nunggu buat diselamatkan.
Ini berpengaruh sampai sekarang. Obrolan ringan soal teman-teman perempuan yang sibuk mencari laki-laki yang bisa menyelamatkan mereka dari lelahnya menghidupi diri sendiri, membuat saya mengerenyitkan dahi. Saya paham ketika ada perenpuan yang memutuskan berhenti bekerja ketika dia punya alasan kuat di belakangnya. Atau memang enggak ingin bekerja saja, cita-citanya jadi ibu rumah tangga. Sungguh saya paham dan mendukung.
Tapi kalau sebuah keputusan hanya dilatarbelakangi, "aku kan perempuan" kok sepertinya melemahkan diri sendiri. Kalimat "aku kan perempuan" kayaknya cuma pas dipakai bersama dengan kalimat, aku bisa menstruasi, mengandung, dan menyusui. Itu pun bisa. Bukan harus. Maksud saya, enggak karena kita dilahirkan perempuan, kita harus menjadi apa yang orang lain harapkan kita menjadi. Alasannya bukan dilatarbelakangi apa jenis kelamin kita, tapi apa yang kita mau. Pun, berlaku buat laki-laki.
Impian tiap perempuan itu beda
Walaupun impian sang peran utama adalah jadi pengantin yang cantik dan memasak untuk suami setiap hari, enggak dikisahkan yang lain juga punya impian yang sama. Dari persahabatan lima pahlawan planet dalam (Mercury, Mars, Jupiter, dan Venus) ini, saya belajar kalau impian tiap perempuan itu beda, dan memang enggak harus sama. Misalnya Ami Mizuno (Sailor Mercury) yang mati-matian belajar karena pengen jadi ilmuwan dan pergi ke luar angkasa. Rei Hino (Sailor Mars, favorit saya) yang fokus belajar mantra, ingin jadi pendeta Shinto meneruskan kuil milik kakeknya. Makoto Kino (Sailor Jupiter) yang terus melatih kemampuan masaknya karena pengen membuka bakery sendiri. Dan Minako Aino (Sailor Venus) yang berusaha sekuat tenaga supaya bisa jadi seorang idol. Semuanya beda dan enggak ada yang mengkritisi, malah cenderung saling mendukung.
Kenyataannya, enggak peduli berapa usia kita, perempuan kadang suka saling tuding. Waktu remaja mungkin yang merasa baik-baik mencibir yang kelihatannya nakal. Tapi udah tua pun, seperti sekarang, saling tuding antara perempuan ini makin membuat saya miris. Misalnya perempuan yang bekerja dan belum menikah dibilang gila mengejar karir. Yang menikah cepat dibilang enggak ada ambisi. Perdebatan ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Ibu menyusui dan ibu susu formula. Dan lain sebagainya. Boleh kok beda. Enggak karena kita merasa keputusan kita benar, keputusan orang lain pasti salah, kan?
Masalah perempuan itu, enggak melulu laki-laki
Oke, memang salah satu kisah utama serial ini adalah hubungan antara Usagi dan Mamoru. Tapi, porsinya enggak terlalu banyak soal percintaan. Lebih banyak aksi mengalahkan musuh dan persahabatan antara para perempuan ini. Ada satu kisah di mana Usagi lagi patah hati banget tapi dia tetap bangun dari kasur, berubah jadi pahlawan sailor, dan melawan musuh. Kalau Usagi aja bisa, masak saya enggak? Ada juga kisah di mana gebetan Makoto ternyata kristal jiwanya dicuri sama (pimpinan , yang kalau versi Indosiar suaranya kayak nenek lampir) dan berubah jadi monster. Makoto tetap melawannya dan harus patah hati karena ketika ia berubah lagi jadi manusia dia enggak inget sama Mako. Mereka bisa melihat the big picture. Kedamaian di bumi lebih penting dari seorang laki-laki.
Duh, kesannya saya enggak butuh laki-laki banget, yah? Enggak, kok. Dari jaman SMA saya ini hobi sekali ngecengin kakak kelas. Malah waktu kuliah sahabat saya bilang, saya ini enggak bisa kalau enggak punya pacar. Tepatnya, saya ini enggak bisa kalau enggak jatuh cinta. Punya pacar atau enggak, saya harus jatuh cinta supaya merasa terinspirasi. And i love men! Saya pun akhirnya menikah dengan seorang laki-laki. Tapi, along the way, saya suka ketika obrolan enggak melulu laki-laki. Ada banyak hal yang seorang perempuan bisa perbincangkan dan lakukan. Loving a men is great. But we have other thing to love too.
Gender itu kembali sama pribadi masing-masing
Dari serial ini saya pertama kali ngeuh kalau ada perempuan yang suka sama sesama perempuan, Haruka Tenoh (Sailor Uranus) dan Michiru Kaioh (Sailor Neptunus) adalah pasangan. Malah kalau di komik, dikisahkan mereka berdua mengurus Hotaru Tomoe ketika menjadi bayi lagi (reinkarnasi Sailor Saturnus, favorit ke-dua) bareng, dibantu sama Setsuna Meio (Sailor Pluto). Oh iya, ketiga sailor ini lebih tua yah, kalau yang lain SMP, mereka udah SMA. Sailor Pluto malah udah kerja.
Laki-laki bisa memiliki karakteristik perempuan, dan sebaliknya, Sailor Starlights adalah laki-laki yang ketika berubah jadi pahlawan sailor, mereka menjadi perempuan (oke ini agak membingungkan). Sementara Sailor Uranus adalah perempuan yang karakteristiknya
kayak laki-laki, suka perempuan. Dan laki-laki bisa suka lagi sama sesama laki-laki, Zoisite
dan Kunzite adalah pasangan. Makanya kalau di Indosiar pengisi suara
Zoisite itu perempuan. Padahal aslinya laki-laki yang perilaku dan wajahnya
feminin. Oh iya, mereka (juga Jadeite dan Nephrite si ganteng) adalah
pengawal Pangeran Bumi yang dibangunkan kembali dengan kekuatan jahat
dan jadilah berbalik menyerang para pahlawan Sailor atas perintah Queen Beryl sang pimpinan Dead Moon. Makanya Buzzfeed sih bilang Sailor Moon adalah anime paling gay, HA HA HA.
Tapi walau begitu saya enggak pernah kepikiran jadi suka samaperempuan. Saya ingat ketika itu hanya berpikir, "oh, ada yah yang begitu."
Sehingga ketika melihat teman laki-laki yang feminin jaman SD dulu saya ya
mikirnya, oh mungkin dia kayak Sailor Starlights atau Zoisite. Ya udah. Kalau yang lagi membesarkan anak baca tulisan saya ini mungkin malah melarang anaknya nonton Sailor Moon, yah? Karena bertentangan sama agama. HA HA HA. Kalau belajar dari pengalaman saya sih, ibu memang membolehkan saya nonton anime dan baca manga. Tapi sejak saya kecil dia memanggil guru ngaji ke rumah, saya juga sekolah agama tiap sore sampai kelas enam SD. Jadi balance. Saya tahu mana yang saya anggap benar, tapi saya juga toleran karena kenyataannya orang lain bisa jadi berbeda.
Cinta itu harus diusahakan
Semua pahlawan sailor planet dalam (karena porsi kisah mereka memang lebih banyak) pernah patah hati. Mako dan Minako paling baper soal ini, patah hati sama kakak kelas. Sementara Rei yang gengsian juga pertama kali patah hati sama bawahan ayahnya di kantor. Dan akhirnya dia juga patah hati lagi ketika Mamoru malah sukanya sama Usagi.
Lalu Usagi? Justru dari perempuan cengeng dan manja ini saya belajar paling banyak betapa cinta itu harus diusahakan. Awalnya, Tuxedo Mask dicurigai sebagai musuh pahlawan sailor. Mamoru pernah hilang ingatan. Pernah ngejauh juga karena takut malah membahayakan Usagi. Pernah sakit, muntah darah, karena tumbuh mawar hitam di dadanya, terakhir dia semacam mati karena kristalnya direbut sama Puteri Galactica musuh terbesar Pahlawan Sailor. Dan sejak permasalahan pertama, Usagi selalu berusaha dekat, melindungi, dan menyelamatkan Mamoru. Enggak gengsi dan enggak itungan. Dia malah menginspirasi orang-orang di sekitarnya to loved unconditionally. Super!
Di balik kelima nilai itu, ada juga kok yang bilang kalau Sailor Moon mengajarkan kalau perempuan harus punya dagu lancip dan kaki panjang. Iya, bisa dilihat dari sisi itu. Walau sebenarnya di anime ini dikisahkan juga ada perempuan yang pendek, yang badannya lebih besar, malah Sailor Moon sendiri pernah hampir kalah sama musuh karena dia berat badannya bertambah jadi susah gerak. Saya rasa yang menilai seperti itu karena enggak benar-benar mengikuti ceritanya, hanya melihat image-nya saja. Tapi wajar juga sih, orang beda pendapat dan malah bilang jangan pernah nonton Sailor Moon ceritanya aneh-aneh! HA HA HA.
Dan walaupun pasti ada aja yang enggak sepakat bahwa nonton serial kartun karangan Naoko Takeuchi ini bermanfaat, seenggaknya buat saya sih, iya. Selain nonton anime Sailor Moon, saya juga koleksi manga-nya (1-18), dulu harganya Rp3500. Dan dia bikinnya tahun 1991, lho. Saya pikir pemikiran dia soal posisi perempuan sudah maju banget di jamannya. Makanya menurut saya anak perempuan harus nonton anime Sailor Moon atau baca manga-nya, deh. Atau tontonan lain yang menyisipkan nilai baik di balik kisahnya yang mungkin cenderung cemen atau cewek cantik.
Malah saya juga sempat yakin sekali, kalau saya juga salah satu pahlawan sailor. Sayang, saya enggak pernah terbangun atau ditemukan* Padahal tiap ketemu kucing item atau putih, selalu saya tatap matanya dalam-dalam. Hiks.
*Pada mulanya semua pahlawan sailor enggak sadar kalau mereka adalah pretty guardian sailor soldier. Mereka harus mengalami suatu kejadian hebat untuk 'terbangun' atau ditemukan oleh duo kucing bulan, Luna (bulunya item, ada pitak bentuk bulan sabit di kepalanya, perempuan) dan Artemis (bulunya putih, ada pitak bentuk bulan sabit di kepalanya, laki-laki).
Sayang enggak pernah cosplay sebagai pahlawan Sailor. |
Tiba-tiba keajaiban terjadi. Kekuatan muncul di diri! Tiba-tiba juga kepikiran, ada beberapa hal yang ternyata saya pelajari dari serial kartun Sailor Moon. Film kartun kesukaan sejak SD. Lucunya, baru kemudian hari, sejak SMA, saya sadar kalau beberapa nilai yang saya pegang turut dipengaruhi oleh Usagi Tsukino dan kawan-kawan. Bahkan sampai sekarang ini. Kenapa bisa kepikiran? Muncul begitu saja, tiap kali obrolan mulai mengarah ke norma. Dan saya berkomentar. Ketika ada yang nanya, kenapa saya berpikir begitu, saya pun jadi bermenung merunut ke belakang. Dan tersadar, betapa nonton film kartun setiap sore jaman masih SD dulu, berdampak cukup kuat pada saya. Misalnya, 5 nilai hidup ini;
Enggak semua perempuan menunggu diselamatkan
Enggak terhitung berapa kali Mamoru Chiba (Tuksedo Mask, reinkarnasi Pangeran Bumi, peran utama laki-laki di serial ini) diselamatkan oleh Sailor Moon (pahlawan cantik berbaju sailor, reinkarnasi Puteri Bulan). Dan ini enggak membuat Usagi kelihatan menyedihkan, justru keren. Juga, enggak membuat Mamoru kelihatan lemah, justru berharga. Tapi ada juga sih yang menganggap Mamoru itu cowok lemah, ya gimana sudut pandang juga sih. Bukan cuma Usagi, pahlawan sailor lainnya juga beberapa kali menyelamatkan laki-laki yang mereka suka. Dari situ saya belajar, enggak selamanya perempuan cuma bisa nunggu buat diselamatkan.
Ini berpengaruh sampai sekarang. Obrolan ringan soal teman-teman perempuan yang sibuk mencari laki-laki yang bisa menyelamatkan mereka dari lelahnya menghidupi diri sendiri, membuat saya mengerenyitkan dahi. Saya paham ketika ada perenpuan yang memutuskan berhenti bekerja ketika dia punya alasan kuat di belakangnya. Atau memang enggak ingin bekerja saja, cita-citanya jadi ibu rumah tangga. Sungguh saya paham dan mendukung.
Tapi kalau sebuah keputusan hanya dilatarbelakangi, "aku kan perempuan" kok sepertinya melemahkan diri sendiri. Kalimat "aku kan perempuan" kayaknya cuma pas dipakai bersama dengan kalimat, aku bisa menstruasi, mengandung, dan menyusui. Itu pun bisa. Bukan harus. Maksud saya, enggak karena kita dilahirkan perempuan, kita harus menjadi apa yang orang lain harapkan kita menjadi. Alasannya bukan dilatarbelakangi apa jenis kelamin kita, tapi apa yang kita mau. Pun, berlaku buat laki-laki.
Impian tiap perempuan itu beda
Walaupun impian sang peran utama adalah jadi pengantin yang cantik dan memasak untuk suami setiap hari, enggak dikisahkan yang lain juga punya impian yang sama. Dari persahabatan lima pahlawan planet dalam (Mercury, Mars, Jupiter, dan Venus) ini, saya belajar kalau impian tiap perempuan itu beda, dan memang enggak harus sama. Misalnya Ami Mizuno (Sailor Mercury) yang mati-matian belajar karena pengen jadi ilmuwan dan pergi ke luar angkasa. Rei Hino (Sailor Mars, favorit saya) yang fokus belajar mantra, ingin jadi pendeta Shinto meneruskan kuil milik kakeknya. Makoto Kino (Sailor Jupiter) yang terus melatih kemampuan masaknya karena pengen membuka bakery sendiri. Dan Minako Aino (Sailor Venus) yang berusaha sekuat tenaga supaya bisa jadi seorang idol. Semuanya beda dan enggak ada yang mengkritisi, malah cenderung saling mendukung.
Kenyataannya, enggak peduli berapa usia kita, perempuan kadang suka saling tuding. Waktu remaja mungkin yang merasa baik-baik mencibir yang kelihatannya nakal. Tapi udah tua pun, seperti sekarang, saling tuding antara perempuan ini makin membuat saya miris. Misalnya perempuan yang bekerja dan belum menikah dibilang gila mengejar karir. Yang menikah cepat dibilang enggak ada ambisi. Perdebatan ibu bekerja dan ibu rumah tangga. Ibu menyusui dan ibu susu formula. Dan lain sebagainya. Boleh kok beda. Enggak karena kita merasa keputusan kita benar, keputusan orang lain pasti salah, kan?
Masalah perempuan itu, enggak melulu laki-laki
Oke, memang salah satu kisah utama serial ini adalah hubungan antara Usagi dan Mamoru. Tapi, porsinya enggak terlalu banyak soal percintaan. Lebih banyak aksi mengalahkan musuh dan persahabatan antara para perempuan ini. Ada satu kisah di mana Usagi lagi patah hati banget tapi dia tetap bangun dari kasur, berubah jadi pahlawan sailor, dan melawan musuh. Kalau Usagi aja bisa, masak saya enggak? Ada juga kisah di mana gebetan Makoto ternyata kristal jiwanya dicuri sama (pimpinan , yang kalau versi Indosiar suaranya kayak nenek lampir) dan berubah jadi monster. Makoto tetap melawannya dan harus patah hati karena ketika ia berubah lagi jadi manusia dia enggak inget sama Mako. Mereka bisa melihat the big picture. Kedamaian di bumi lebih penting dari seorang laki-laki.
Duh, kesannya saya enggak butuh laki-laki banget, yah? Enggak, kok. Dari jaman SMA saya ini hobi sekali ngecengin kakak kelas. Malah waktu kuliah sahabat saya bilang, saya ini enggak bisa kalau enggak punya pacar. Tepatnya, saya ini enggak bisa kalau enggak jatuh cinta. Punya pacar atau enggak, saya harus jatuh cinta supaya merasa terinspirasi. And i love men! Saya pun akhirnya menikah dengan seorang laki-laki. Tapi, along the way, saya suka ketika obrolan enggak melulu laki-laki. Ada banyak hal yang seorang perempuan bisa perbincangkan dan lakukan. Loving a men is great. But we have other thing to love too.
Gender itu kembali sama pribadi masing-masing
Dari serial ini saya pertama kali ngeuh kalau ada perempuan yang suka sama sesama perempuan, Haruka Tenoh (Sailor Uranus) dan Michiru Kaioh (Sailor Neptunus) adalah pasangan. Malah kalau di komik, dikisahkan mereka berdua mengurus Hotaru Tomoe ketika menjadi bayi lagi (reinkarnasi Sailor Saturnus, favorit ke-dua) bareng, dibantu sama Setsuna Meio (Sailor Pluto). Oh iya, ketiga sailor ini lebih tua yah, kalau yang lain SMP, mereka udah SMA. Sailor Pluto malah udah kerja.
Sailor Starlight kalau di dunia nyata boyband terkenal, hihihi. |
Di beberapa negara Haruka dan Michiru dibilang sepupu. |
Di Indonesia Zoisite dianggap perempuan. |
Cinta itu harus diusahakan
Semua pahlawan sailor planet dalam (karena porsi kisah mereka memang lebih banyak) pernah patah hati. Mako dan Minako paling baper soal ini, patah hati sama kakak kelas. Sementara Rei yang gengsian juga pertama kali patah hati sama bawahan ayahnya di kantor. Dan akhirnya dia juga patah hati lagi ketika Mamoru malah sukanya sama Usagi.
Lalu Usagi? Justru dari perempuan cengeng dan manja ini saya belajar paling banyak betapa cinta itu harus diusahakan. Awalnya, Tuxedo Mask dicurigai sebagai musuh pahlawan sailor. Mamoru pernah hilang ingatan. Pernah ngejauh juga karena takut malah membahayakan Usagi. Pernah sakit, muntah darah, karena tumbuh mawar hitam di dadanya, terakhir dia semacam mati karena kristalnya direbut sama Puteri Galactica musuh terbesar Pahlawan Sailor. Dan sejak permasalahan pertama, Usagi selalu berusaha dekat, melindungi, dan menyelamatkan Mamoru. Enggak gengsi dan enggak itungan. Dia malah menginspirasi orang-orang di sekitarnya to loved unconditionally. Super!
Di balik kelima nilai itu, ada juga kok yang bilang kalau Sailor Moon mengajarkan kalau perempuan harus punya dagu lancip dan kaki panjang. Iya, bisa dilihat dari sisi itu. Walau sebenarnya di anime ini dikisahkan juga ada perempuan yang pendek, yang badannya lebih besar, malah Sailor Moon sendiri pernah hampir kalah sama musuh karena dia berat badannya bertambah jadi susah gerak. Saya rasa yang menilai seperti itu karena enggak benar-benar mengikuti ceritanya, hanya melihat image-nya saja. Tapi wajar juga sih, orang beda pendapat dan malah bilang jangan pernah nonton Sailor Moon ceritanya aneh-aneh! HA HA HA.
Dan walaupun pasti ada aja yang enggak sepakat bahwa nonton serial kartun karangan Naoko Takeuchi ini bermanfaat, seenggaknya buat saya sih, iya. Selain nonton anime Sailor Moon, saya juga koleksi manga-nya (1-18), dulu harganya Rp3500. Dan dia bikinnya tahun 1991, lho. Saya pikir pemikiran dia soal posisi perempuan sudah maju banget di jamannya. Makanya menurut saya anak perempuan harus nonton anime Sailor Moon atau baca manga-nya, deh. Atau tontonan lain yang menyisipkan nilai baik di balik kisahnya yang mungkin cenderung cemen atau cewek cantik.
Malah saya juga sempat yakin sekali, kalau saya juga salah satu pahlawan sailor. Sayang, saya enggak pernah terbangun atau ditemukan* Padahal tiap ketemu kucing item atau putih, selalu saya tatap matanya dalam-dalam. Hiks.
*Pada mulanya semua pahlawan sailor enggak sadar kalau mereka adalah pretty guardian sailor soldier. Mereka harus mengalami suatu kejadian hebat untuk 'terbangun' atau ditemukan oleh duo kucing bulan, Luna (bulunya item, ada pitak bentuk bulan sabit di kepalanya, perempuan) dan Artemis (bulunya putih, ada pitak bentuk bulan sabit di kepalanya, laki-laki).
Aku suka banget nonton sailormoon aku malah beli dvdnya, manganya yg jaman sd ngumpulin nya aku simpan untuk anakku ,aku gak mau anakku ngeskip anime sebagus ini
ReplyDelete