Panduan Menulis Email Lamaran Kerja untuk First Jobber, Second Jobber, dan Jobber Kesekian Kalinya



Ya karena sama aja, sih. Kupikir first jobber aja yang kadang kurang tahu cara efektif berkomunikasi via email. Tapi belakangan menemukan yang sudah berpengalaman juga masih lempar CV begitu saja tidak ada preambule. Ya saya gasuka juga, sih, basa-basi.

Tapi kalau ada tujuannya, itu bukan basa-basi. 

Sebenarnya tulisan terkait ini udah banyak yang buat. Baik media, blogger, atau pemuka LinkedIn. Tapi berpegang pada prinsip tukang gorengan, "Gapapa pasaran, toh pasarnya luas."

Ya, baik kita mulai. Cuss.


1. Pemilihan bahasa

Pilih bahasa sesuai dengan pengumuman atau lowongan kerja yang kamu baca. Pernah, nih, ada diskusi panjang tentang 'kenapa sih banyak orang nulis lowongan kerja di perusahaan Indonesia tapi pakai bahasa Inggris?' Reaksinya pro-kontra, tapi kalau dari perspektif saya yang seringkali menulis lowongan kerja dalam bahasa Inggris, itu memang ada alasannya.




Apa?

Karena saya mau mencerminkan kebiasaan di kantor saya; sangat sarat penggunaan bahasa Inggris. Baik di pekerjaan terkait, komunikasi antar karyawan di keseharian, bahkan pengumuman dan kebijakan perusahaan. Jadi walau saya tidak menuntut sertifikat TOEFL, minimal kandidat paham lah deskripsi pekerjaan yang saya jabarkan di lowongan 

Juga, karena saya memang mencari kandidat yang lihai menggunakan bahasa Indonesia dan juga bahasa Inggris.

Jadi memang ada tujuannya. Yang mana dari kesemua tujuan itu tidak menyerempet sama sekali; karena pengen kelihatan keren. Seperti beberapa tuduhan netijen di diskusi LinkedIn yang sebelumnya saya ungkit. Tapikan itu saya, yah, enggak tahu deh kalo Mas Anang. (Masih musim enggak sih, jokes ini?).

Jadi, gunakanlah bahasa yang sama dengan lowongan itu. Malah kalau bisa lengkap sama gaya bahasanya.

Kalau lowongannya menggunakan bahasa Indonesia dengan ejaan yang disempurnakan, ya kamu juga pakai itu. Mungkin perusahaannya resmi dan pola komunikasinya demikian. Tunjukkan kalau kamu adalah kader yang tepat untuk kultur perusahaan itu.

Kalu lowongannya pakey bahasa Indo gawul, reche, nyeni, kek yang suka dilempar di grup ahensi ex ahensi, yakamu juga pakedong biyar kelihatan kalau kamu itu hip, on trend, kreatip, dan bro banget. Tentunya tetap mudah dimengerti dan rispekful, enggak kayak contwohqu ini yah gaeyz~

And please use proper english to apply for the job vacancy that use this kind of language. Show them that you have the basic skill to adapt with the job and the company.

Last but not least,

Roses are red
Violet are blue
Playful words are abided
For those job announcement that teases you



2. Tulis subjek email dengan jelas

Contoh:
Lamaran In-App Content Writer Gojek - Astri Soeparyono
Job Application for Gojek In-App Content Writer Position - Astri Soeparyono

Sahabat HR membuka banyak lowongan dan menerima banyak sekali lamaran dalam satu waktu. Yuk, permudah mereka untuk menemukan kita.

Sebuah pengakuan; email tanpa subjek dari alamat email tidak dikenal tidak pernah saya buka. Yamaap.


3. Tuliskan salam dan perkenalan di body text

Kepada yang suka ngirim email lamaran kerja isinya cuma CV doang, ngacung!

WOY!

Itu tuh ya kayak kamu ngelempar selembar CV ke orang lagi jalan kaki. Ke mukanya! Teu sopan, njir.

Inhale. Exhale.

Iya. Jadi biasakan, yah, menulis pembukaan dengan jelas dan sopan. Kamu mengirim lamaran kan dengan harapan dikasih kesempatan wawancara yah? Alhamdulillah kalau sampai diterima, kan? Bisa jadi kamu malah mengirim langsung ke calon atasan, aduh, bikin dia sayang sama kamu dari kesan pertama, dong.



3.1 Singkat, padat, jelas

Perkenalan ini ada banyak gayanya. Bisa juga seperti point 1 yang saya paparkan sebelumnya, mengikuti bahasa dan gaya menulis pengumuman lowongan pekerjaannya.

Saya sangat mengapresiasi kandidat yang meluangkan waktu untuk merangkai pembukaan yang singkat, padat, jelas, tapi tetap memberikan sentuhan pribadi untuk memberikan aksen. Ini bisa jadi faktor lamaran kita lebih diingat dibanding kandidat lain.

3.2 Tuliskan kamu dapat lowongannya dari mana
Tuliskan juga kamu baca lowongan kerjanya di mana atau dari siapa. Misal baca di akun Linkedin, Instastory akun @astrisoeparyo, atau instastory temennya @astrisoeparyono yang namanya @namatemenkamu, atau dari WA grup geng kamu yang mayoritas alumni Jurnalistik Unpad 2004, dan yang lainnya. 

Sebutin aja, karena itu memberikan background pergaulan atau konsumsi media kamu. Sehingga memberi sedikit lah bayangan soal kamu. Sedikit, yah. Saya sih selalu mau tahu yah, kamu baca lowongannya di mana. Enggak tahu kalo Mas Anang (2).

Buat perkenalannya se-sincere mungkin, apa adanya. Jangan terlalu sok akrab, sok tahu, atau sok lainnya yang enggak menyenangkan. 

Jangan buru-buru nulisnya, yah, dan jangan ada typo. Sekali lagi. Jangan ada typo. Jangan salah grammar. Malu. 

Catatan; karena saya mencari orang konten, kalau di perkenalan saja kandidat tidak bisa membedakan mana 'di-' yang disatukan dan 'di' yang dipisah, saya skip, sih. Atau yang nulis satu kalimat sampai tiga baris. Atau terlalu banyak typo dan salah grammar, kecuali saya juga enggak tahu kalau itu salah hahahaha. 

Kan saya ini nyari fruit child untuk memudahkan hidup, yah, sebagai pembantu umum. Kalau tiap kalimat harus saya edit lagi, nanti tipes. Udah tiga puluhan ini, jadi mohon maklum.


4. Lampirkan data yang berhubungan dengan lowongan

Umumnya yang wajib ini;
1. CV 
Anggaplah CV ini muka kamu, yah. Kalau mau ketemu calon atasan masak iya enggak dibenahin saeutik-eutik acan? Enggak harus grande, panjang, atau canggih. Sesuaikan CV ini sama kepribadian kamu aja, tunjukkan nilai estetika kamu di sini, dan sesuaikan dengan lowongan yang kamu lamar.

Saya selalu membuat CV baru ketika diminta mengirimkannya oleh HR. Maklum, yah, kan saya kerja udah lama, nih. Kalau menuliskan semua pengalaman dari jaman kuliah itu CV panjang amat malah bikin file-nya gede dan berat. Jadi saya selalu hanya mencantumkan latar belakang dan pengalaman yang relevan dengan lowongan. Yang lainnya disingkirkan.

Buat first jobber, iya paham aktif banget anaknya ketika kuliah. Tapi enggak usah semua kepanitiaan dicantumkan juga kalik. Yang relevan aja atau yang paling membanggakan buat kamu.

Buat yang udah banyak pengalamannya, humility is never overrated, ceunah. Dipilih aja yang relevan, calon kantor enggak harus tahu kalo kamu pernah jadi best employee sekian abad yang lalu :') nyindir diri sendiri itu walau lucu tetep pedih, yah, sedikit...

Usakan CV itu;
1. Satu halaman (atau maksimal 2 halaman, deh)
2. Di-design
3. Ada foto wajah terlihat jelas dan relatif baru
4. Kirim berupa pdf
5. Pastikan file-nya tidak terlalu besar sehingga enggak berat ketika dibuka. Tapi juga jangan sampai resolusinya terlalu kecil sehingga enggak terbaca dan muka kamu pixelated (kecwali disengaja yah atau kamu emang mukanya pecah-pecah).

Enggak bisa design? SAMA!

Jeng, sist, Canva aja. Nih, saya kasih link-nya. Atao pake free editing tools yang lain juga bisa. Yaolo jaman kiwari udah banyak banget. Tetep enggak bisa? Mintalah temenmu bikinin yang cakeb, jajanin Tuku. Tapi serius, deh, mending belajar dikit-dikit sendiri lah. Tinggal drag and drop.

2. Lampirkan file porfolio yang relevan
Lampirkan bukti pekerjaan yang pernah kamu lakukan. Lagi-lagi, yang relevan aja, yah. Misalnya saya pernah jadi produser radio, saya enggak lampirkan sih kalau saya melamarnya pekerjaan jurnalis cetak. Ya saya lampirkan saja tulisan-tulisan saya yang pernah dimuat di media.

Lampirkan hanya yang kamu benar-benar ngerjain, yah. Beberapa kali sempat wawancara kandidat yang ketika saya minta jelaskan project yang dia lampirkan di portonya eh dia gelagapan. Akhirnya ngaku kalau dia cuma ngerjain sebagian kecil dari project besar itu.

Jangan bohongi aku, Mas.

Tapi kalau project itu sangat relevan dan pencapaian banget, boleh lampirkan dengan catatan menjelaskan role kamu di project itu apa. Supaya enggak miss leading.

Percaya diri harus, oversell jangan. Nantik dikasih kerjaan yang jauh di luar kebisaan kamu, pengsan lho. Yatapi kecuali itu yang memang kamu cari, yah. Atau kamu memang termasuk kepada kaum-kaum yang halu.

sinasi.

Usahakan porto itu;
1. Boleh MS Words dilengkapi link ke tulisan asli di media yang menayangkannya, untuk kamu copy/content writer.
2. Boleh pdf berisi design kamu yang paling membanggakan disertai link ke profil Behance, Instagram, Deviant Art, website, di mana pun karya kamu berada. Untuk kamu desainer.
3. Boleh juga MS Power Point sertakan bukti project/campaign yang pernah kamu kerjakan dan relevan, untuk kamu anak medsos/marketing/brand dan posisi lain yang relevan.
...Jadi kepikiran, kalo engineer portonya isinya apa, yah?

Catatan; karena belakangan tulisan saya sedikit dan juga posisi yang saya incar bukan menulis, untuk porto saya malah hanya melampirkan link beberapa website yang pernah saya pegang di body text bersama dengan penjelasan singkat apa peran saya di sana.

Padahal peran saya selalu pembantu umum. Yaawlah jadi tim lider di mana-mana tuh gini amatan :')

Bentuk lampirannya gimana?

Pastikan semua file kamu kasih nama yang jelas; CV Astri Soeparyono, Portofolio Astri Soeparyono, etc.

Enggak usah dibuat folder lagi aduh ribet. Kan yang dikirimnya juga enggak banyak.
Atau ada juga yang ngasih link ke Google Drive, ini juga boleh. Pastikan kamu sudah ganti settingannya supaya bisa dibuka via link. Kalo sampe harus request access, monsori, langsung ke surat lamaran berikutnya.

Ada juga beberapa file yang bisa dilampirkan jika memang diminta di lowongan kerjanya. Hanya kirimkan kalau diminta, yah, daripada kebanyakan dan toh enggak relevan juga. Itu sertifikat les bahasa Jerman enggak usah dilampirin, sih.


4. Permudah recruiter untuk menghubungi kamu

Iya, di CV ada nomor telepon dan email kamu. Tapi apa salahnya, sih, ketik lagi di body text pas perkenalan. Lebih oke kalau langsung hyperlink ke email atau telepon kamu. Juga coba itu bikin lah footer email biar kelihatan profesional.

Jadi inget, ini kan dunia orang dewasa, yah, mau enggak mau. Semenyenangkan apapun kerjaannya, kamu kan mau komitmen di dunia kerja, yah? Itu lah alamat imelnya jangan masih pake;

bangkitdarikubur@hotmail.com
singleandcute@ymail.com
achillesthemighty@yahoo.com

Iya. Yang terakhir itu alamat imel lama saya.

Yuk, yuk, lima menit bikin Gmail yang serius. Pakai nama jelas aja.


5. Kirim email follow up atau enggak yah?

Udah kirim, nih, email lamarannya. Dua minggu, sebulan, enggak ada kabar. Kirim email follow up enggak yah? Nah, yang ini gimana user-nya kayaknya, yah.

Kalau saya sih enggak masalah kalau ada kandidat yang kirim email follow up. Ada yang saya balas, ada yang tidak. Jujur, jujur nih. Jujur aja yah, gimana load kerjaan ketika saya menerima emailnya. 

Ada yang langsung saya balas dengan awalan "regretfully.... endeblaendibli." Ada juga yang saya balas, "on review....for a several weeks." Ada juga yang, "Our People Partner will contact you within tho weeks." Dan lainnya tergantung keadaan dan kenyataan.

Paham, sih, setelah kirim lamaran yang dirangkai sedemikian rupa belum pula harapan yang tetap tumbuh walau kita enggak sirami, pasti ingin mendapatkan jawaban. Tapi menyortir CV sambil nyari kursi buat new joiner, bikin stratplan, ngedit tulisan, dan tugas negara lainnya itu, yah...

Yatapi harusnya dibales, sih. Aslik. Ngeselin nih yang gini-gini, saya misalnya, enggak ngasih kepastian banget. Norak.

Dengan demikian, mohon maaf kepada yang selama ini kirim CV ke saya namun tidak ada balasan sama sekali. Semoga pintu maafnya dibuka lebar. Saya doakan semoga kamu semua mendapatkan pekerjaan yang cocok buat kamu. Amiin.

Kalau saya, sih, hanya kirim email follow up kalau sudah melalui proses wawancara. Pernah, nih, sudah wawancara via telepon, lalu wawancara user, lalu wawancara HR, eh lalu blass enggak ada kabar. Saya kirim email follow up. Eh enggak dibales, lah. Terus saya imel lagi, "yang kamu lakukan ke saya itu, jahad."

Hahahaha. Yakali.

Iya, saya kirim email lagi dengan bahasa yang sangat sopan. Mengabari bahwa saya dapat tawaran dari perusahaan lain dan saya akan terima. Sambil bilang terima kasih atas kesempatannya, namun sayang belum berjodoh, mungkin di lain kesempatan. Semoga perusahaan xx sukses selalu.

Aslik. Udah wawancara lima kali gituu. Atau mungkin ini karma sebagai manusia yang selalu dihukum di dunia (sebelum di akhirat juga) kalau melakukan dosa. Tapi akutuh butuh closure aja plis. Enggak tau kalo Mas Anang (3).

Gils. Bacot abis, panjang pisan~

Terus kalau mengikuti tips dari saya ini dijamin dapet kerjaannya?
Atau kalau enggak mengikuti tips dari saya ini dijamin enggak dapet kerjaannya?

Enggak.

Dari berbagai pengalaman nyari kerja, membantu orang lain mendapatkan pekerjaan, dan berusaha membantu orang lain dapetin kerjaan tapi gagal, saya percaya kalau pekerjaan itu sudah diatur semesta.

Semesta akan menempatkan kita di posisi yang mana kita memang harus berada, where we're supposed to be all along.






Kadang kamu dapetin pekerjaan yang kamu kira impian kemudian kecewa. Kadang kamu gambling ambil kerjaan yang awalnya B-aja tapi kemudian bersyukur dan belajar banyak darinya. Kadang kamu iri sama teman yang kesannya dapetin kerjaan yang lebih oke dari kamu padahal you are exactly where you need to be for that exact moment.

What is truly yours will eventually be yours.

***Kata saya yang nangis sesegukan sendirian di bangku Transjakarta 6N sepanjang Blok M-Kemang gara-gara baca email enggak lolos Chevening untuk kedua kalinya ini. Pas abangnya nagih ongkos gimana? Ya saya bayar aja sambil mewek, hahahahahaha. Yagimana atuh akutu sedih banget enggak ketahan.

Yha. Akhir kata,

Sukses selalu untukmu pencari nafkah dan penghidupan yang halal. Semoga usaha kamu selalu diiringi doa ibu dan diridhoi Alloh SWT.


Comments

  1. Terimakasih infonya, sukses terus..
    Kunjungi juga http://bit.ly/2WpzVQk

    ReplyDelete

Post a Comment