why men cheats and woman takes them back


"Look, you can't blame me
for trying to hide the fact that I had an affair with her.
I know that it's not the most honorable thing to cheat on your wife,
but that does not make me a murderer."

- match point (2005)

Affair. Sangat dekat dengan kehidupan saya sehari-hari. Kisah-kisah affair yang romantis melankolis sampai yang bejat dan laknat mampir di telinga saya. Sebagai pendengar, saya seperti diceritakan bagaimana rasa caviar. Bisa sedikitnya saya bayangkan, namun belum pernah saya cicipi. Karenanya, ketika mereka berkisah, ketika mereka membeberkan rasa nikmatnya, saya hanya bisa membayangkan.

Bisa saya katakan mayoritas orang di sekitar saya terlibat dengan kata ini, affair. Apakah dia menjadi pelaku, korban, saksi, ataupun kebetulan menjadi pendengar seperti saya. Yang jelas, kata dan perilaku ini bukan hal yang aneh. Secara tidak wajar, dia menjadi biasa.

why men cheats?
Sering saya buka sesi obrolan dengan tema ini dengan beberapa teman laki-laki. Atau kakak saya sendiri yang juga laki-laki. Dengan track record pacaran yang melebihi jumlah jari di kedua tangan, dia mengaku tidak pernah sekalipun menjadi pelaku. Korban? Beberapa kali. Makanya, ketika saya ungkap tema ini, dia menembak balik. "I never cheats, but people cheats on me. girls cheat on me."

Another friend simply said, because i can. Because it easy. Dan kedua kalimat itu tidak muncul seketika saya tanya. Dia putar dulu dengan sejuta alasan betapa pasangannya tidak sempurna. Betapa hubungan mereka tidak menyenangkan. Betapa pacarnya ini tidak memuaskan, penuh masalah, dan lainnya. Tapi ketika saya tanya kenapa tidak diputuskan saja dan mencari pasangan lain setelah single. Dia mulai merumuskan alasan. Dan keluarlah kalimat tadi. Karena bisa. Karena mudah.

when chances ring your bell
Sejak masih sekolah, ketika belajar naksir cowok, saya sudah punya prinsip. I don't cheat and i don't tolerate they who do. Makanya ketika teman-teman di sekitar saya dengan santainya berbuat, saya jadi bingung. Kenapa mereka dengan mudahnya. Tapi saya pikir, toh saya bukan cewek populer, saya tidak cantik, bukan idola, saya tidak punya kesempatan. Ada yang suka sama saya saja rasanya ajaib.

Tapi, kalau saya pikir-pikir lagi, banyak sekali kesempatan itu. Hanya saja saya tidak melihatnya. Hal yang membuat saya sadar adalah pengalaman akhir-akhir ini. Dengan hubungan LDR yang saya punya, betapa mudah sekali untuk tidak memegang janji. Dan kesempatan itu pun bertebaran di mana-mana. Dan saya masih bukan perempuan populer atau idola. It is damn easy!

our cheating minds
Konsep dan batasan cheating sebenarnya juga abu. Makanya saya buat sendiri. Saya sadar, perasaan orang tidak bisa dibendung tidak bisa dipaksa. Saya juga sadar, pikiran orang tidak bisa digenggam. Karenanya, bagi saya, cheating with your mind or feeling tidak terelakkan. Toh, banyak sekali orang menarik di luar sana. And they will blow your mind. Adalah keputusan dan tindakan yang yang bisa dilihat, bisa dinilai, bisa dikendalikan.

Ketika kita tertarik secara pikiran dan perasaan pada seseorang, bahkan di luar kendali kita, apa boleh buat. Ya dirasakan saja. Tapi ketika kita membuat keputusan untuk berbuat, itu bisa kita kendalikan. Will you or will you not do something about it? That's the one that counts.

tolerate it?
Karena sudah memperisai diri dengan kalimat "i don't tolerate it" ya saya tidak toleransi dengan perilaku ini. Apalagi perilaku ini dilakukan terhadap saya. Beruntung, saya tidak pernah mengalami hal ini, i never date dishonest man.

Sementara beberapa orang di sekitar saya tampak tidak terganggu dengan perilaku ini. Bahkan, akrab dengannya. Kalau dari sisi pelaku, saya tidak peduli lagi alasannya. Sudah jelas bagi saya, apapun alasannya its one thing i don't tolerate. Tapi, yang membuat saya masih terpikir-pikir sampai sekarang adalah alasan beberapa teman perempuan saya to take them back.

so, why they take them back?
Sempat mengobrolkan soal ini, dengan beberapa yang mengalaminya, mereka menjelaskan dengan rigid. Dan saya mendengar dengan seksama, dengan takjub, dengan tidak percaya. Mulai dari sudah terbiasa, malas mencari pasangan baru, si dia menyesali perbuatannya dengan sangat, masa depan si dia yang tampak memadai sehingga sayang untuk dilepaskan, sudah dekat dengan keluarga, sampai sudah terlanjur hamil.

Tapi dari semua alasan itu, yang saya dengar hanya: cinta. They were madly in love with that person. That's why they take them back. Beruntung sekali, mereka yang mendapatkan kesempatan kedua.

Tapi apalah yang saya tahu, saya belum pernah makan caviar. Dan kalau memang saya tahu efeknya akan buruk, saya tidak perlu juga coba atas nama penasaran atau hanya karena saya bisa.


ps.
*kalau saya punya waktu (maklum lagi deadline), ingin sekali menggali ini dari kacamata psikologi. atau jika ada yang berkompetensi soal ini, ditunggu komentarnya. sangat menarik. why people cheats.
*my deepest condolence to those who become victim of this humane yet insane thing.

Comments

  1. i'm thinkin the same way too, cil. i never image my self cheated on my boyfriend. it's so mean, i mean if you like somebody, but still doin' relationship with a man- why don't you break up with him/her? it would be a win-win solution, rite?

    tapi beberapa kali ngobrol sama temen yang pernah punya pengalaman selingkuh, secara sederhana mereka selingkuh karena ada kesempatan. that's it. kesempatannya juga macam-macam: waktu luang, orang baru yang lebih menarik, hubungan yang mulai memasuki titik jenuh, dll. selain kesempatan, faktor lain yang bikin orang-orang mau selingkuh juga karena pengen nyoba dengan orng baru (yang mungkin lebih seru) tapi gak mau ngambil risiko buat udahan sama pasangan. IMO yah :p

    ReplyDelete
  2. gara2 ngeliat ilustrasinya MATCH POINT, jadi inget line film itu yang sangat pas untuk perselingkuhan "is it lust or love?"

    ReplyDelete
  3. dora: RITE, agree :D

    efi: iya, begitu pengen nulis soal ini langsung keingetan film match point hehehe. kangen ih, tapi dvd nya rusak -_-''

    dee: klitru, klise but true :)) *maksa*

    ReplyDelete
  4. wah cil, kalau membahas ini bisa panjang nih. mulai dari faktor kesempatan (SLJJ untuk kekasih, tatap muka untuk "si teman dekat"), kesepian, iseng2 berhadiah (yup..iseng yang selalu berhadiah lifetime-regrets), sampai memang faktor hati (gak tahan godaan lah, gak setia lah, subjektif sih). menurutku, SETIAP MANUSIA MEMPUNYAI KEMAMPUAN DAN KESEMPATAN UNTUK BERBUAT DILUAR LOGIKA AWAM. maksudku, hal-hal diluar perkiraan sangat mungkin terjadi hingga cenderung kita anggap sebagai suatu hal GILA yang mungkin dapat dilakukan seseorang. dan selingkuh adalah hal paling gila yang bisa dilakukan seseorang kepada pasangannya, setuju kan? EITHER MEN OR WOMEN. each have the same portion to do the madness.

    berbicara selingkuh berarti berbicara rasa, bukan? berbicara rasa berarti berbicara hati. apakah selingkuh hati menyalahi logika? atau menurut logika kalian, selama gak ketauan mah hajar bleh?
    bottom line is: WE SHOULD FIRST DECIDE WHETHER WE HAVE A BETTER HEAD OR A BETTER HEART.

    Best Regards :D

    ReplyDelete
  5. Hmmm.. I would have to agree with semestapena, I did it(I think I will be hated for telling you this) because of love. And that's exactly what love do, they come as they please.
    Love don't care if you are single or married, man or woman, they just come.
    You think I'm wrong for blaming love? Maybe I am.. Thanks for the topic anyway :)

    ReplyDelete
  6. setuju, dengan arif dan blabliblu, makanya saya tulis: Will you or will you not do something about it? That's the one that counts.

    perasaan enggak bisa diatur, ya itu, datang dan pergi, dan kadang membuat kita berlalu di luar logika. i get it. i do have feelings too, guys :D tapi buat aku adalah, ketika ketertarika itu ada, Will you or will you not do something about it? That's the one that counts.

    kasarnya, seperti kata dora, kalau sudah punya pacar, tertarik sama orang lain, yah putus saja, pacaran sama orang lain. jangan mau duadua atau tigatiga atau empatempatnya. tapi itu juga buat aku saja, banyak orang yang tidak keberatan, toh :D

    ReplyDelete
  7. i don't. but if you're my boyfriend, i certainly will :D

    ReplyDelete
  8. i did strie..! (dan kamu mungkin tau dengan siapa)
    ga pernah kepikiran untuk ngelakuinnya.. karna tau banget rasa sakitnya.. tapi setelah terjerumus sedikit demi sedikit dan merasakan lagi geli2nya jatuh cinta lagi kenapa rasanya jadi "it's okay selama ga ketawan" wew!!

    tentu saja ketahuan. karna tidak bermain rapi. tapi saya diberi kesempatan. sungguh saya tidak mengerti. itu karna alasan apa. saya tidak pernah bertanya. sampai sekarang. terlalu malu.

    ReplyDelete
  9. ya itu dia, kita semua punya kemampuan yang sama untuk bertindak "gila", ya kan? *senyumduluah

    ReplyDelete
  10. ya itu dia, kita semua punya kemampuan yang sama untuk bertindak "gila", ya kan? *senyumduluah

    ReplyDelete
  11. yep, untuk hubungan jangka panjang emang ini yang sering jadi masalah, yah. enggak eksaiting lagi (bahasanya, aduh). aku juga pernah ngerasain, dan pernah juga tergoda, tapi ada satu pengalaman dengan perilaku ini yang selalu mengingatkan aku, untuk tidak. dan entah ke depannya, toh manusia berubah, aku bisa aja berubah.

    dan kenapa diberi kesempatan? karena dia sudah kadung bogoh, na :D

    ReplyDelete
  12. yap, kemampuan dan kesempatan ada. karena keduanya disadari ada, maka penilaian dan pilihan yang berbicara. dan buat aku, itu penting. bagaimana seseorang menentukan untuk menempatkan dirinya di keadaan dan posisi seperti apa. *sambil ngetik senyum terus kok hahahaha*

    ReplyDelete
  13. um, ini teh kayak korupsi atau komunisme yah, bahaya laten ceuk orba mah..hehehe. Saya banyak dapat cerita -- langsung atau tidak -- tentang perslingkuhan. Ada yang si pasangan tau sama tau, tapi memilih untuk "diam-diam" saja, ada juga yang memang disembunyikan. ada satu pertanyaan tentang selingkuh, "apa selingkuh itu cari masalah atau malah memecahkan masalah?" Dan jawabannya seringkali tidak sama. Sampai sekarang saya cuma tahu satu jawaban tentang itu, "bangunlah rumah yang kokoh sebelum kita memutuskan untuk membuat pagar" :D

    ReplyDelete
  14. mungkin malahan hubungan yang kita bangun dan kita selingkuhi itu yang merupakan kegilaan..hehehe

    ReplyDelete
  15. hahaha, pusat diperkuat cabang diperbanyak dong :p

    aku pernah mikir, enggak ada itu yang namanya "orang ketiga" dalam hubungan dua orang. tidak akan ada orang lain masuk, kalau hubungan dua orang itu baik dan kuat. dan hubungan yang enggak jujur itu kayak kaki busuk, kalau sudah saatnya diamputasi yah direlakan saja. *nyambung teu, sih?*

    pasangan yang sama-sama tahu tapi diam-diam saja adalah contoh pasangan yang bikin saya enggak ngerti sama sekali -_-'' kalo diceritain juga senyumsenyum aja, kayak kalo lagi dijelasin rumus matematika waktu kelas 3 sma. senyuuuum sama gurunya biar enggak disuruh maju ngerjain soal di papan.

    ampun eta, bahaya laten, hahahahahahaha enyak oge :p

    ReplyDelete
  16. itu namanya rumah yang kuat...hehehe. Jadi, orang suka larang2 atau marah2 kalau pasangannya selingkuh, tapi tidak sadar kalau memang ada spot kosong dalam hubungan mereka yang (justru) dibuat penuh oleh perselingkuhan. makanya, pertanyaannya selalu "selingkuh itu menyelesaikan masalah atau malah membuat masalah?" hehehe

    ReplyDelete
  17. ga tahan godaan aja, aku pikir. hahahaaaa... *gada yg sempurna makanya yg 'sedikit lebih' jadi terlihat 'wah' karena selalu merasa tidak cukup. toh, perjalanan dari semua itu akan jadi pelajaran merasa enak dan tidak enak (*nyengir)

    ReplyDelete
  18. menyelesaikan sebagian masalah dan membuat masalah baru jigana, al. menurut observasi saya begitu. apalagi kalau sudah menikah, yah, masalah barunya bertubitubi.

    ReplyDelete
  19. iya, gada yg sempurna, banyak yang wah. aku sih, suka mengibaratkan melihat cowok itu kayak masuk ke toko sepatu. ada banyaaaaaak sekali sepatu2 bagus, baru, lucu. tapi walaupun saya suka modelnya, kadang harganya terlalu mahal. atau kalaupun menurut saya bagus, enggak akan saya beli karena gabisa dipakai karena bakal sakit kl dipake jalan jauh atau naik bis. atau kalaupun menurut saya bagus tapi gak cocok sama gaya saya. jadi, saya akan pilih yang paling cocok sama gaya, kantong, kesibukan, siapa saya, dan darimana saya berasal (ngukur diri). hahahaha. pas dibaca lagi asa jahat menyamakan cowok dg sepatu, tapi bukan maksud gitu, yah gitulah.

    intinya, walaupun banyak yang wah, belum tentu buat saya (enggak pedean anaknya sebenernya, hahahaha)

    ReplyDelete

Post a Comment